sampah plastik
Aktivis lingkungan dari Nexus3, Yuyun Ismawati Drwiega, menyebut masalah sampah plastik bermula dari proses produksi yaitu industri plastik maupun produsen pengguna kemasan plastik.
Peran industri daur ulang sampah khususnya plastik sangat penting dalam konsep ekonomi sirkular atau melingkar. Kehadirannya mampu menghadirkan produk inovasi dari daur ulang sampah plastik. Di Indonesia sendiri, jumlah industri […]
Break Free From Plastic (BFFP) mengaudit merek sampah plastik yang mencemari lingkungan selama tahun 2020. BFFP sendiri merupakan gerakan masyarakat global yang peduli terhadap lingkungan. Sebanyak 15.000 relawan dari 55 […]
Kegiatan daur ulang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat umum untuk menjaga lingkungan. Jika Anda ingin mulai melakukan aksi ini, Greeners.co merangkum beberapa kiat recycling yang dapat Anda lakukan di rumah.
Aktor Tanah Air yang kini kerap menghiasi layar internasional, Joe Taslim, mulai memperhatikan fenomena sampah plastik Indonesia. Dia pun mengambil langkah sederhana yang kini rutin dia lakukan
Sejak beroperasi pada 1989, jumlah sampah Ibu Kota yang dikirim ke Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang telah mencapai 39 juta ton.
Satu reaktor dapar memproses 30 kilogram plastik dalam waktu sekitar 90 menit dan setiap 10 kilogram sampah yang masuk menghasilkan 9 liter bahan bakar.
Untuk mengurangi timbulan sampah, masyarakat harus melakukan pemilahan, misalnya, dengan memakai kembali plastik bekas sisa belanja online.
ASEAN RBC memiliki beberapa rangkaian program untuk mengajak masyarakat beralih menggunakan tas belanja pakai ulang salah satunya Rampok Plastik.
Produsen memiliki kewajiban untuk mengatasi persoalan sampah bersama pemerintah dan masyarakat sesuai Peraturan Menteri LHK No. P 75 Tahun 2019.
Studi LIPI mencatat belanja online cenderung meningkat semasa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau kegiatan bekerja dari rumah (WFH).
Seorang biksu Buddha bernama Phra Maha Pranom Dhammalangkaro berinisiatif mendaur ulang botol plastik dan mengubahnya menjadi jubah biksu.
Bersama pemuda di Bangka Belitung, Sonia Fergina Citra, membuat sebuah komunitas yang diberi nama “Diberi untuk Memberi.”