sampah di laut
Dalam pertemuan Close Door Event: Towards Blue Economy, Menko Maritim Luhut Pandjaitan menjelaskan mengenai kondisi sampah laut di Indonesia di hadapan Vice President Sustainable Development Laura Tuck dan perwakilan negara lainnya.
Sampah plastik laut merupakan permasalahan serius di seluruh dunia, terlebih di Indonesia. Sampah plastik bahkan telah memengaruhi ekosistem hingga ke ukuran mikro.
Desainer asal London, Alexander Groves dan Azusa Murakami berhasil menciptakan sebuah metode untuk membuat perabotan unik untuk mengolah sampah plastik di laut.
Laut seakan menjadi rumah kedua bagi Hamish Daud. Kedekatannya dengan laut pula lah yang membuat ia menyadari bahwa kondisi laut semakin hari semakin memburuk. Salah satu penyebabnya adalah sampah plastik.
Urusan sampah dapat memengaruhi mulai dari sektor kesehatan hingga citra suatu bangsa. Permasalahan sampah ini juga dapat menghambat prioritas nasional dalam Nawacita yang digagas Presiden Joko Widodo.
Sebanyak 70 pemuda terpilih dari seluruh Nusantara mengikuti pelatihan untuk menangani permasalahan sampah laut dalam acara bertajuk Indonesian Youth Marine Debris Summit (IYMDS) di Ancol, Jakarta.
Permasalahan penanganan dan pengelolaan sampah telah menjadi isu bersama. Keterlibatan generasi muda pada isu ini pun dianggap sangat penting guna menyukseskan program pengelolaan sampah di Indonesia.
Peneliti pada Divisi Pencemaran dari Indonesian Center for Environmental Law (ICEL), Fajri Fadhillah, mengatakan bahwa upaya menyelesaikan permasalahan sampah di laut harus tetap terpusat pada sisi pencegahan.
Saat ini, lautan Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang serius. Indonesia menjadi negara terbesar ke-2 di dunia yang berkontribusi pada sampah plastik laut di dunia dimana sampah di Indonesia mencapai 1,3 juta ton per tahun.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman (Kemenko Maritim) berencana targetkan penanganan sampah plastik laut di lima destinasi wisata pada tahun 2018 mendatang.
Bila tidak ditangani lebih lanjut, pada tahun 2050 jumlah sampah laut akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan. Hal ini menjadi pemicu bagi Swietenia Puspa Lestari atau Tenia untuk membentuk gerakan Divers Clean Action.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan Ditjen Hubla Kemenhub, Capt. Rudiana mengatakan bahwa kasus pembuangan sampah dari atas kapal mungkin saja terjadi karena pengawasan di atas kapal memang sulit untuk dilakukan.
Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zainal Arifin mengatakan bahwa tidak mudah untuk melakukan penelitian tentang arus laut yang berkontribusi membawa sampah ke Indonesia.