produk mode ramah lingkungan
Produsen pakaian dari Taiwan, Coor, menciptakan ide pembuatan jaket dengan ampas kopi. Ampas kopi dikompresi lebih lanjut untuk melepaskan minyak yang terintegrasi ke dalam membran bagian dalam kain, menggantikan kebutuhan akan pelapisan dan perawatan sintetis.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran akan limbah plastik di seluruh dunia, ternyata lebih dari 20.000 pon (sekitar 9 kilogram) produk terkait rambut yang terbuat dari plastik seringkali berakhir di tempat sampah setiap harinya.
Ditangan VEJA, kini limbah jagung memiliki manfaat lain yang berkelanjutan: sneaker modis. Perusahaan yang didirikan sejak 2004 ini berhasil mengolah limbah jagung menjadi sepatu yang berkualitas dengan label Campo.
Madewell kali ini mencoba membuat perubahan besar pada jeans andalannya dengan pewarna bahan denim yang ramah lingkungan. Ia meluncurkan koleksi jeans yang menggunakan pewarna dari kulit udang.
Perusahaan fitness asal Philadelphia, Aqua Vida menawarkan celana legging dan celana pendek yang 100 persen dapat didaur ulang dan dapat digunakan kembali.
Para karakter yang terdapat dalam film Star Wars rupanya telah memberi inspirasi bagi rumah fesyen lokal asal London, Po Zu, untuk melahirkan karya terbaru. Selain unik, sepatu ini juga ramah lingkungan.
Apabila dilihat sekilas, tas-tas yang dihadirkan oleh merek fesyen asal New York, Urban Kraft, terlihat seperti tas yang terbuat dari kertas. Namun, tas vegan ini tahan air dan kuat.
Daun pandan identik sebagai bahan pelengkap makanan dan bahan pewarna makanan. Tanaman yang memiliki aroma khas ini rupanya tidak hanya bermanfaat bagi dunia kuliner, namun juga bagi industri mode.
H&M, Nike, Levi Strauss & Co, serta Marks & Spencer berkomitmen untuk sepenuhnya menggunakan bahan baku berupa kapas organik pada tahun 2025.
Gaya yang memadukan busana dengan sampah, seperti plastik dan kertas, sudah banyak dilakukan. Kini, desainer Linda Thomas, memprakarsai gaun dari limbah lapisan polystyrene papan seluncur.
Tenun ikat Sumba bukanlah kain yang bisa dikerjakan oleh sembarang orang. Butuh proses yang rumit dan panjang untuk menghasilkan satu helai kain tenun ikat Sumba berukuran besar.
Alih-alih menyajikan menu sarapan di atas piring, perempuan ini justru “menyajikan” makanan tersebut langsung di atas topi! Namun jangan salah, ia punya misi mulia dibalik idenya ini.
Koleksi tas dari Gunagoni terlihat begitu natural dan sederhana. Tidak ada penambahan warna, tidak ada pernak-pernik berlebihan yang tersemat, serta tidak ada motif yang rumit. Semua terlihat begitu apa adanya.