pelestarian keanekaragaman hayati
Meskipun menjadi anggota koalisi global dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati, Indonesia terus kehilangan keanekaragaman hayati (kehati). Kebijakan Indonesia juga dinilai masih lebih condong pada soal ekonomi dan politik.
Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) melalui Biodiversity Warriors menyelenggarakan capture nature (Capnature) atau geledah keanekaragaman hayati secara serentak di delapan kota di Indonesia.
Indonesia akan mengusulkan tiga cagar biosfer baru dalam sidang “30th Session of the International Co-ordinating Council (ICC) of the Man and the Biosphere Programme (MAB)-UNESCO”.
Untuk mensosialisasikan pentingnya Kebun Raya dan pelestarian keanekaragaman hayati, Yayasan Kebun Raya Indonesia bekerjasama dengan Dyandra Promosindo meluncurkan program unik bertajuk #AndaJogetKamiTanam.
Di tengah pesatnya perubahan dan meluasnya pembangunan di Jakarta, buku ‘Wildlife of Jakarta’ menjadi referensi sekaligus pengingat bahwa Jakarta memiliki keanekaragaman hayati yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Indonesia dianggap masih perlu belajar dari negara lain dalam menyukseskan pengelolaan kekayaan hayati melalui inovasi dan teknologi.
Proses inventarisasi keanekaragaman hayati dinilai berjalan lamban akibat masih terkendala anggaran yang minim.
Peneliti senior mikrobiologi LIPI Endang Sukara menyatakan Indonesia masih belum siap menjalankan UU Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan Protokol Nagoya.
Untuk mengenalkan keanekaragaman hayati yang berada di lingkungan sekolah, Biodiversity Warriors menggelar “Biodiversity Warriors Go To School”.
Para ahli biologi sekali lagi mengonfirmasi bahwa kehidupan alam liar akan menghadapi risiko ancaman bahkan manusia sekalipun.
Melalui teknik grafting yang dilakukan oleh para peneliti Kebun Raya Bogor membuat Kebun Raya Bogor sebagai instansi pertama di dunia yang berhasil memindahkan bunga rafflesia di luar habitat aslinya.
Menjelang perayaan dua abad Kebun Raya Bogor yang akan dilangsungkan pada 18 Mei 2017 mendatang, Kebun raya Bogor akan melakukan ekspos hasil penelitian yang telah dilakukan selama 200 tahun.
KLHK menyatakan bahwa pembangunan Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) secara benar dipastikan dapat meningkatkan keanekaragaman hayati lokal dan mendukung konservasi flora dan fauna di luar kawasan hutan.