mode berkelanjutan
Tidak seperti model pakaian khas Afrika pada umumnya, Panâh menampilkan koleksi pakaian dengan sentuhan khas Afrika yang berbeda. Panâh juga mengusung prinsip produksi fesyen yang beretika.
Dengan mengglobalnya gerakan hijau dalam dunia fesyen, kini muncul sebuah brand fesyen hijau yang mendukung “modest fashion”. Melalui merek ini, diciptakan hijab dengan warna-warna lembut dalam seri “The Green Hijab”.
Hennes dan Mauritz AB, pendiri H&M, berkomitmen untuk ikut mengemban tanggung jawab melindungi lingkungan hidup. Salah satunya adalah dengan program “Bring It On” yang menampung busana dengan nilai guna yang turun karena rusak atau noda.
Mayamiko, label fashion yang mengusung prinsip-prinsip Ethical Trade Initiative (ETI), membawa industri mode pada level yang ideal, dan mereka memulainya di Malawi.
Mengubah sampah menjadi produk fesyen yang berkualitas memang tidak mudah namun bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Amy Merli melakukannya dengan cara yang unik: menggagas Trashion Fashion Show.
XXLab merupakan inisiatif dari 5 wanita dari Yogyakarta. Mereka mengembangkan SOYA C(O)U(L)TURE, yaitu kain berbahan dasar limbah dari pabrik tahu dan tempe.
Mengolah kembali material lama, atau upcycle, menjadi produk fesyen yang bercita rasa menjadi tren tersendiri di kalangan pecinta dan penggiat mode. Seperti halnya Barbara Mattivy dengan sepatu daur ulangnya, Insecta Shoes.
Babette Sperling, mahasiswa desain mode dari University of Zwickau, Jerman, membuat produk fesyen melalui printer 3D yang dibuat menggunakan material ramah lingkungan. Lebih dari itu, terdapat pesan khusus dibalik karyanya.
Wol merupakan material yang berasal dari alam, lebih tepatnya bulu domba. Di Selandia Baru, wol sangat melimpah sehingga beberapa produsen pembuat sepatu mulai menggunakannya ke dalam produk mereka.
Industri fesyen yang terus berkembang tidak hanya menciptakan inovasi mode namun juga standar yang semakin tinggi, termasuk dalam hal mode yang beretika dan berkelanjutan.
Selalu ada cara untuk memanfaatkan sampah plastik. Kira-kira prinsip ini yang diterapkan oleh Robertus Junaedi. Karya kerajinan tangannya tidak hanya ia pamerkan di Ibukota Jakarta, melainkan hingga ke Bremen, Jerman.
Dikala pemerintah mengampanyekan “Indonesia bebas sampah 2020”, Elba mengkreasikan banner bekas menjadi sebuah tas yang unik sekaligus untuk membantu mengurangi penggunaan kantong plastik.
Mengubah barang lama menjadi sesuatu yang dapat digunakan kembali sekaligus bernilai seni, membutuhkan lebih dari sekadar kreatifitas. Mai-Lei Pecorari menjadi salah satu desainer yang memiliki kemampuan ini.