limbah elektronik
Studio seni asal Norwegia dan Belgia, Snohetta dan Studio Plastique, berhasil menciptakan ubin unik bernama Common Sands. Ubin yang mereka ciptakan bukanlah ubin biasa, karena ubin tersebut sepenuhnya terbuat dari […]
Perkembangan teknologi tidak bisa terbendung. Produsen pun terus menawarkan produk mutakhir untuk merayu konsumen agar konsisten membeli gawai. Tidak hanya itu, produsen kini membanderol beragam gawai dengan harga yang semakin terjangkau. Sayangnya, produsen belum mengurusi gawai bekas masyrakat. Limbah elektronik pun menumpuk. Demikian keluh pendiri komunitas E-Waste RJ, Rafa Jafar.
Hanya 20 persen dari limbah elektronik berhasil didaur ulang. Delapan puluh persen lainnya dibiarkan di tempat pembuangan akhir yang kemudian akan mengontaminasi udara, tanah, air dan tentu saja pada akhirnya akan berpengaruh pada manusia serta hewan liar.
Pada perhelatan Olimpiade Tokyo 2020 para atlet yang keluar sebagai pemenang akan menerima medali yang terbuat dari 100 persen limbah elektronik daur ulang.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan bahwa perusahaan pengelola limbah elektronik (e-waste) harus memiliki izin.
Perkembangan teknologi yang sangat cepat, mendorong usia pemakaian barang elektronik relatif singkat dan ini menjadi pemicu meningkatnya jumlah limbah elektronik.
Apple terkenal di dunia karena produk laptopnya yang mumpuni. Namun, bila laptop tersebut rusak dan tidak dapat digunakan lagi, bagaimana kelanjutan produk tersebut?
Sedang mencari ide untuk mengolah sampah elektronik? Berikut ini adalah salah satu cara untuk membuat karya cantik dari limbah elektronik. Julie Alice Chappell mengeluarkan seri produk terbarunya “Computer Component Bugs”. […]
Jakarta (Greeners) – Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) mengakui, bahwa hingga saat ini Indonesia masih belum memiliki tempat pembuangan akhir limbah elektronik. Deputi Bidang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun, Limbah Bahan […]