konservasi badak
Memperingati Hari Badak Sedunia pada 22 September, kondisi populasi badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diketahui terus menurun selama beberapa dekade.
Masa reproduksi badak sumatera yang lama membuat populasi spesies ini menuju kepunahan. Diperlukan upaya untuk mempertemukan badak jantan dan badak betina dalam waktu yang tepat agar proses kawin dapat terjadi.
Mengacu pada hasil studi terbaru, peneliti mendesak untuk segera melakukan pembangunan habitat baru bagi populasi badak jawa yang aman dari kawasan rawan bencana alam.
Indonesia merupakan habitat dua dari lima spesies badak yang ada di dunia yaitu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Selain ancaman perburuan, penyakit menjadi ancaman terhadap populasi badak.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Dahono Adji mengatakan akan mengawetkan jasad Najaq guna kebutuhan pengembangan ilmiah dan objek wisata umum.
Najaq, badak Sumatera yang belum lama ini ditemukan di Kutai Barat, Kalimantan Timur telah mati pada Selasa dini hari, 5 April 2016.
Jakarta (Greeners) – Dalam rangka memperingati Hari Badak Sedunia atau World Rhino Day yang jatuh pada 22 September 2015, Fakultas Biologi Universitas Nasional (Unas) dan WWF-Indonesia mengadakan berbagai kegiatan bertema […]
Jakarta (Greeners) – Tim Rhino Monitoring Unit atau RMU Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) berhasil menemukan tiga anak badak jawa baru di Semenanjung Ujung Kulon dalam periode waktu antara […]
Jakarta (Greeners) – Menyelamatkan Badak yang tersisa di Kalimantan bukanlah hal yang mudah. Penemuan tanda-tanda keberadaan badak di Kalimantan pada awal tahun 2013 lalu sudah seharusnya menjadi momentum penting bagi […]