bioetanol
Penggunaan bahan bakar fosil yang terus merusak bumi membuat dua peneliti muda Surabaya prihatin. Mereka adalah mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Handy Rifaldin dan Marita Nilam. Duo peneliti muda ini kemudian mengembangkan alternatif pembuatan bioetanol dengan menggunakan buah salak.
Meningkatnya konsumsi bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbarui mendorong Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan energi alternatif bioetanol dari limbah kelapa sawit.
Tanaman yang memiliki banyak nama lokal di Indonesia ini punya keunikan yang tidak dimiliki tanaman lain. Dari tanaman ini, bisa dihasilkan gula maupun garam.
Tanaman sagu tidak asing bagi penduduk di wilayah timur Indonesia. Hasil olahan pati dari batang sagu menghasilkan beragam makanan kaya gizi. Tidak hanya itu, tanaman ini juga menyimpan potensi sebagai bioetanol.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini tengah mengembangkan benih Super Mikroba yang dapat menghasilkan berbagai macam produk turunan salah satunya biorefineri.