Wibu4Planet: Pecinta Pop Jepang yang Beraksi untuk Lawan Krisis Iklim

Reading time: 3 menit
Wibu4Planet menyuarakan urgensi krisis iklim. Foto: Wibu4Planet
Wibu4Planet menyuarakan urgensi krisis iklim. Foto: Wibu4Planet

Jakarta (Greeners) – Komunitas dari berbagai bidang kini mulai bersuara mengenai bahaya krisis iklim. Salah satunya adalah sekelompok anak muda pencinta budaya Jepang, Wibu4Planet, yang secara lugas menyuarakan urgensi krisis iklim dan melakukan berbagai aksi untuk mencegah kerusakan bumi.

Wibu4Planet merupakan komunitas bagi para pencinta pop kultur Jepang yang memiliki semangat untuk melawan krisis iklim. Saat ini mereka sedang berupaya mendorong pemerintah Jepang sebagai negara maju yang berpengaruh dalam transisi energi, untuk melakukan transisi energi bersih yang berkeadilan.

Penggagas Wibu4Planet, Cyva Ardian Pradhika menyatakan, meskipun Wibu4Planet baru terbentuk pada awal 2024 ini, namun misi yang Wibu4Planet bawa sangatlah besar.

“Komunitas ini didirikan sebagai respons terhadap krisis iklim yang semakin parah. Kami juga melihat adanya kebutuhan untuk melibatkan berbagai komunitas dalam upaya mengatasi krisis tersebut,” kata Cyva dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/8).

Wibu4Planet menyuarakan urgensi krisis iklim. Foto: Wibu4Planet

Wibu4Planet menyuarakan urgensi krisis iklim. Foto: Wibu4Planet

Maskot Nekobu, Kucing Penyayang Bumi

Wibu4Planet memiliki sebuah keunikan, yaitu keberadaan maskot bernama Nekobu yang mempunyai arti ‘Kucing Bumi’. Pada logo komunitas ini, terlihat Nekobu sedang memeluk bumi dengan erat. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa Nekobu sayang pada bumi.

Cyva bercerita, manga dan anime di Jepang banyak terinspirasi dari kucing. Artinya, penggambaran wajah karakternya banyak diambil dari bentuk wajah kucing. Dalam sejumlah seri anime populer, kucing juga selalu muncul sebagai ikon. Maka, Wibu4Planet kemudian memikirkan perlunya maskot yang mewakili budaya pop yang sangat Jepang dan dekat dengan dunia manga.

“Hingga kemudian kami memilih neko, yang artinya kucing, sebagai simbol bahwa kucing tersebut sayang dan peduli bumi. Ia juga merupakan bagian dari bumi, kucing itu diberi nama Nekobu. Nekobu akan mengajak siapa pun menjadi hero dalam perjalanan menyelamatkan bumi dari penjahat lingkungan yang memperparah krisis iklim,” tambah Cyva.

BACA JUGA: Peduli Lingkungan, Ribuan K-popers Tolak K-Washing

Seorang wibu dan pegiat budaya pop Jepang, Agam Zarrah Istanbul mengungkapkan, Nekobu kini tampil menjadi konten yang menarik. Menurutnya, Nekobu bisa muncul dalam konten bermuatan isu krisis iklim, sehingga penyampaian informasi pada konten tersebut bisa tersampaikan kepada audiens dengan menarik.

“Dengan begitu, Nekobu tak hanya sekadar kami tampilkan sebagai maskot yang diam saja. Harapannya, ia bisa muncul lebih sering sebagai konten. Misalnya, dia digambarkan sedang memunguti sampah, atau sedang membaca manga Wibu4Planet,” ujarnya.

Wibu4Planet Berikan Edukasi Lewat Anime dan Manga

Agam berpendapat, para wibu adalah orang-orang yang sangat visual. Cyva pun sepakat dengan pendapat tersebut. Itulah kenapa, dalam kampanye digitalnya, Wibu4Planet mengadopsi gaya manga dan menampilkan visual yang sangat colourful. Ini salah satu cara Wibu4Planet merangkul wibu di Indonesia.

Komunitas tersebut menerapkan berbagai strategi kreatif dan menyenangkan dengan medium budaya pop Jepang, antara lain melalui anime, manga, dan musik.

Wibu4Planet menggunakan cerita dan karakter dari anime dan manga populer untuk mengilustrasikan isu-isu lingkungan. Misalnya, menggambarkan kerusakan lingkungan di Pulau Wawonii. Nekobu pun berinteraksi dengan aktif dengan karakter anime dan manga dalam komik singkat dan konten kreatif lain.

“Di seri manga singkat, Nekobu masuk ke dalam universe para anime. Kami ingin memperlihatkan isu iklim kepada audiens dengan cara mengangkat cerita-cerita yang sudah ada di manga, sekaligus memperkenalkan Nekobu,” ungkap Cyva.

Sebenarnya, banyak manga dan anime yang menceritakan soal krisis iklim. Jadi, bagi komunitas wibu, isu iklim bukanlah hal yang baru. Sejumlah seri anime terbaru mengangkat isu tersebut, bahkan ada anime yang secara spesifik mengangkat cerita tentang tenggelamnya kota-kota di dunia.

“Yang belum banyak komunitas wibu ketahui adalah kaitan antara Jepang dan Indonesia. Dalam Perjanjian Paris tertuang bahwa negara maju berkontribusi besar terhadap emisi yang dampaknya kita alami sekarang. Mereka punya tanggung jawab lebih besar untuk membantu negara-negara berkembang, seperti indonesia, untuk beralih ke energi bersih. Namun, yang terjadi justru sebaliknya, Jepang sebagai negara maju malah berinvestasi pada energi kotor,” kata Cyva.

Kolaborasi Dinamis untuk Sebuah Perubahan

Tidak bergerak sendirian, Wibu4Planet melakukan sejumlah kolaborasi dengan influencer, seperti cosplayer, ilustrator, dan KOL pegiat budaya Jepang. Komunitas ini percaya, kerja sama dengan komunitas wibu yang lain, organisasi lingkungan, dan pemerintah, dapat menjadi kunci menuju transisi energi yang adil.

Cyva bercerita, pada Mei 2024 lalu, Wibu4Planet mendapat kesempatan untuk terlibat dalam Anime Festival Asia Indonesia (AFA), yang selalu dibanjiri wibu. Mereka menyajikan kampanye kreatif melalui doujinshi (komik pendek), berkolaborasi dengan penulis dan seniman lokal. Doujinshi tersebut diangkat dari anime, seperti Prince Mononoke, One Piece, Dr. Stone, dan Code Geass.

BACA JUGA: Hyundai Batal Beli Alumunium dari Adaro, Fans K-Pop Gembira

“Kami mengusung tema isekai, sebuah plot yang tokoh utamanya terlempar ke dimensi lain, dan membawa tokoh anime ke dalam beberapa isu lingkungan. Misalnya, deforestasi di Kalimantan, kerusakan hilirisasi nikel di Pulau Wawonii, permasalahan PLTU di Cirebon, dan gambaran lingkungan yang asri, jika menggunakan energi bersih dan berkelanjutan.

Selain itu, mereka juga menyajikan VR 360 dan mengajak para wibu, untuk menyaksikan visual One Piece Arc Wano Kuni, yang mereka padukan dengan kerusakan di Pulau Wawonii akibat pertambangan nikel.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top