Ajak Keluarga untuk Hidup Ramah Lingkungan
Keterlibatan Tiza dalam isu lingkungan merupakan keinginannya sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain termasuk orang tuanya. Ia mengakui bahwa sejak kecil dirinya sudah tertarik pada lingkungan, terbukti tesis dan disertasi yang dikerjakan Tiza ketika kuliah menyangkut tentang lingkungan. Tiza sendiri merupakan alumni Universitas Indonesia jurusan Hukum dan Harvard Law School dengan spesialisasi di bidang Corporate Law, Climate Change, Carbon Trading.
“Dalam melakukan kegiatan di lingkungan tidak ada dorongan dari siapa pun, malah orang tuaku bukan tipe yang melek dengan isu lingkungan. Kemunculan kenapa aku bisa concern di lingkungan karena risi kalau lihat lingkungan di sekitar tidak terjaga dengan baik alias kotor. Lingkungan yang memberikan kita kehidupan dan kita membutuhkan udara bersih dan air bersih, hal ini merupakan logical survival. Jadi kalau kita tidak menjaga lingkungan, kita tidak bisa survive sebagai manusia,” ujarnya.
Sikap menjaga lingkungan ini juga diterapkan Tiza pada keluarga besarnya dan pada anaknya, Zoe, yang saat ini berumur empat tahun. “Aku sudah mengajarkan Zoe hal-hal lingkungan dan dia sudah paham banget tentang pemilahan karena dari kecil sudah diajarin jenis-jenis sampah organik dan anorganik. Jadi kalau sampah bekas makanan masuk ke tong organik dan plastik yang tebel masuknya ke tong daur ulang,” kata Tiza yang saat ini tengah mengandung anak keduanya.
Edukasi juga ia berikan kepada Ibunya yang sulit berpindah hati dari kantong plastik. Tapi karena kesabaran dan keteguhan hati, sang Ibunda pun saat ini sudah membawa kantong belanja sendiri. Ia mengatakan kunci mengajak orang untuk hidup ramah lingkungan adalah dengan menunjukkan bahwa untuk hidup ramah lingkungan bukan hal yang sulit.
“Awalnya keluarga saya sendiri juga sulit untuk tidak menggunakan kantong plastik. Ibu yang paling sulit dipengaruhi sampai beliau pernah bilang “gara-gara kamu nih susah dapetin kantong plastik” sambil ketawa-ketawa. Tapi karena saya konsisten mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari mereka akhirnya luluh juga dan Ibu akhirnya sudah bawa kantong belanja sendiri sekarang. Hal ini juga berpengaruh kepada teman-teman saya di mana mereka menganggap saya influencer tanpa saya sadari (telah menjadi influencer),” kata bungsu dari dua bersaudara ini.