Jakarta (Greeners) – Ular merupakan salah satu jenis reptil yang ditakuti oleh masyarakat Indonesia. Tidak sedikit masyarakat beranggapan semua ular itu berbisa mematikan. Sehingga tidak jarang banyak masyarakat yang akan langsung membunuh ular ketika bertemu secara langsung.
Melihat paradigma masyarakat yang menganggap ular adalah reptil yang menakutkan, Aji Rachmat membentuk komunitas yang bernama Sioux pada 23 November 2003. Sepuluh tahun kemudian, yaitu tahun 2013 lalu, Siuox bertranformasi menjadi Yayasan Sioux Ular Indonesia.
Komunitas ini digerakkan oleh para relawan yang disebut muscle. “Karena muscle itu dianggap sebagi otot yang menggerakan Siouxnya itu sendiri,” ujar Dahlia Rera, salah seorang muscle Sioux, saat ditemui Greeners di stan Sioux pada acara Indonesia International Outdoor Festival di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Komunitas yang diambil dari nama suku di Indian ini bertujuan untuk mengubah paradigma buruk di masyarakat terhadap ular. Menurut Dahlia, hanya lima persen dari populasi ular di Indonesia yang berbisa mematikan.
“Ular membantu ekosistem yang ada di lingkungan, seperti membantu petani di sawah. Bahkan ular merupakan reptil yang sensitif terhadap kondisi alam, contohnya saat ada gempa ular bisa memberi tanda. Jadi, banyak hal bermanfaat dari ular,” kata Dahlia.
Sioux memiliki program Sioux Snake Rescue sebagai cara untuk menyelamatkan ular dari rumah penduduk sekaligus menghilangkan pandangan negatif masyarakat akan ular. “Misalnya ada laporan dari rumah-rumah warga yang kemasukan ular nanti akan ada muscle dari daerah terdekat yang datang ke rumah tersebut untuk mengambil ularnya. Muscle lalu mengedukasi pemilik rumah agar ular tidak masuk kembali,” ujarnya.
Sampai saat ini, anggota Sioux sudah mencapai ratusan orang. Namun untuk menjadi anggota, mereka harus mengikuti kegiatan tahunan Basic Training Musle (BTM). Dalam BTM tersebut, anggota akan mendapatkan pelatihan, materi, modul dan mendapat kaus sebagai tanda bahwa mereka sudah menjadi muscle. “Intinya jika mau menjadi muscle itu gampang, yang penting dia mau menyebarkan ilmu yang sudah diperoleh di Sioux secara sukarela,” kata Dahlia.
Cara untuk mendaftar BTM cukup membuka website siouxindonesia.org lalu mengisi formulir dan membayar biaya registrasi sebesar Rp250.000. Selain melalui BTM, masyarakat umum pun dapat berpartisipasi melalui media sosial. Caranya dengan menambahkan hastag #SaveOurSnake #JanganBunuhUlar #JanganMakanUlar di setiap postingan.
Penulis: Thorvy Qolbi