Sentuhan Alam di Rumah Mahika: Mengukir Jejak Pangan Lestari

Reading time: 3 menit
Ilustrasi berkebun. Foto: Rumah Mahika
Ilustrasi berkebun. Foto: Rumah Mahika

Jakarta (Greeners) – Terletak di tengah luasnya lahan perkebunan dan peternakan, Rumah Mahika telah memanfaatkan berkah tersebut secara optimal. Komunitas di Ciawi, Kabupaten Bogor ini memanfaatkan lahannya untuk menanam tanaman pangan dan memproduksi olahan pangan secara berkelanjutan.

Sebagai komunitas yang fokus pada bidang pangan, Rumah Mahika juga menyediakan ruang bagi publik untuk merasakan pengalaman berkebun, mengolah, mengonsumsi, serta melestarikan pangan lokal.

Inisiatif ini digagas oleh Adi Dwianto, founder Rumah Mahika. Melalui jalannya, Adi telah menciptakan sistem pangan yang lebih lestari. Inisiatifnya memberikan manfaat besar untuk mendukung pangan berkelanjutan di tengah banyaknya permasalahan lingkungan saat ini.

Rumah Mahika berdiri sejak tahun 2021. Melalui komunitas ini, Adi bertujuan untuk menumbuhkan ekosistem yang lestari serta komunitas yang resiliensi dan berdaya. Keluarga menjadi salah satu motivasi utama Adi dalam mendirikan komunitas ini.

Adi sering menyebut Rumah Mahika sebagai komunitas yang ‘bestari’ untuk keluarga, karena kekhawatirannya terhadap krisis lingkungan seperti perubahan iklim, perubahan sosial budaya, dan perubahan ekonomi di masa depan.

BACA JUGA: Wibu4Planet: Pecinta Pop Jepang yang Beraksi untuk Lawan Krisis Iklim

“Setelah pandemi, saya merasa ada urgensi untuk mengerjakan proyek yang bisa memberikan ekosistem berkelanjutan di masa depan,” ujar Adi kepada Greeners melalui telepon, Minggu (11/8).

Adi menganggap komitmennya dalam membangun dan menjaga ekosistem pangan lestari serta membentuk komunitas bestari, sebagai salah satu privilese terbesar yang dapat ia berikan kepada keluarganya.

Menurut Adi, penting bagi setiap orang untuk terhubung dengan pangan yang mereka konsumsi. Termasuk mengetahui asal-usulnya, siapa petani atau komunitas lokal yang memproduksinya, serta ekosistem pertaniannya. Hal ini penting untuk menyadari dampak sistem pangan, seperti kesenjangan sosial, masalah kesehatan, hilangnya pengetahuan dan kearifan lokal, serta kerusakan lingkungan.

Ilustrasi mengolah bahan pangan. Foto: Rumah Mahika

Ilustrasi mengolah bahan pangan. Foto: Rumah Mahika

Pasarkan Produk Olahan Pangan

Luas lahan kebun dan peternakan Rumah Mahika sekitar dua hektare. Namun, saat ini baru setengah dari luas tersebut yang Adi manfaatkan untuk menanam dan beternak.

Publik pun bisa mengikuti program kegiatan di Rumah Mahika, seperti kegiatan berkebun di Kebun Mahika. Kebun ini telah berhasil mengembangkan ekosistem hortikultura, hutan pangan, silvopasture, dan akuakultur melalui penerapan desain dan pengelolaan pertanian yang selaras dengan alam.

Publik dapat merasakan pengalaman berkebun di Kebun Mahika bersama para petani. Kebun Mahika menanam berbagai jenis tanaman pangan, termasuk sorgum, hanjeli, talas belitung (kimpul), ganyong, ubi jalar, singkong, serta berbagai sayuran dan buah-buahan.

Selain itu, Adi juga mendirikan Studio Mahika sebagai ruang untuk mengembangkan dan memproduksi hasil pangan dari Kebun Mahika. Dari hulu hingga hilir, Rumah Mahika memproduksi olahan pangan secara bertanggung jawab untuk disalurkan ke konsumen.

BACA JUGA: Eathink Ajak Konsumen Lebih Bijak Pilih Makanan

“Kami menyajikan produk pangan yang difermentasi, selai, dan sirup. Kami juga mencoba pengeringan, penepungan, dan produk turunan lainnya dari hasil pangan tersebut,” imbuh Adi.

Produk olahan tersebut akan Adi pasarkan secara offline maupun online melalui Warung Mahika. Produk-produk yang ditawarkan mencakup minuman bersoda hasil fermentasi, manisan pala, dan selai rosella. Saat ini, Rumah Mahika juga sedang mengembangkan tepung sorgum mokaf.

Nikmati Hasil Pangan dari Kebun Mahika

Kebun Mahika tidak hanya ditujukan untuk komunitas. Melalui kolaborasi, Adi dapat mengajak publik untuk mengikuti aktivitas di Rumah Mahika.

Sejumlah komunitas, sekolah, dan lembaga telah berkolaborasi dengan komunitas tersebut. Mereka tidak hanya terlibat dalam kegiatan berkebun, tetapi juga mengajak pengunjung untuk mengonsumsi makanan hasil kebun melalui program ‘farm to table‘ atau ‘dari kebun ke meja’.

“Konsep ‘farm to table‘ bisa bermacam-macam. Kami sering mengolah hasil kebun menjadi hidangan untuk dinikmati bersama. Biasanya kami bilang dari kebun ke meja makan,” tambah Adi.

Meski masih dalam skala kecil, komunitas tersebut memiliki banyak inovasi yang bermanfaat bagi bumi dan manusia. Adi berharap dapat terus menumbuhkan sistem pangan yang lestari dan gaya hidup berkelanjutan bagi banyak orang.

Kelola Limbah dan Sampah

Dalam menciptakan pangan berkelanjutan, Rumah Mahika tidak hanya fokus pada produksi pangan yang melimpah. Mereka juga memperhatikan berbagai aspek yang mendukung keberlanjutan pangan, seperti perawatan siklus air, tanah, dan biodiversitas pangan.

Rumah Mahika peduli terhadap limbah pangan dan telah melakukan berbagai upaya pengelolaan, termasuk komposting dengan metode thermal compost, BSF, dan aerated compost tea, serta pemilahan sampah organik, anorganik, B3, dan residu.

Selain itu, Rumah Mahika mengolah limbah dengan sistem greywater dan blackwater, serta menggunakan reedbed dan kolam untuk pengelolaan air limbah.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top