Sejak Juli 2018, komunitas Seangle Semarang hadir untuk membersihkan sampah laut yang merusuhi pesisir Kota Lumpia itu. Menggunakan nama Seangle, komunitas ini memang memiliki hubungan dengan jaringan Seangle di berbagai kota di Indonesia. Jaringan ini memang fokus mengatasi permasalahan sampah laut di Indonesia.
Berawal dari projek yang diinisiasi pemuda-pemudi Palu, Seangle meraih penghargaan sebagai Best Action Plan di Indonesia Youth Marine Debris Summit (IYMDS) 2017. Itu merupakan momen awal terbentuknya Seangle, selanjutnya mereka kini berkembang dan berjejaring di beberapa daerah seperti Semarang, Pontianak, Gorontalo, Palu dan Purwokerto. Mereka percaya permasalahan sampah laut tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan konvensional.
Jumlah sampah plastik yang dibuang ke seluruh laut dunia setiap tahunnya mencapai 8 juta ton. Dari jumlah itu, 16% sampah plastik berasal dari Indonesia. Hal ini turut dipengaruhi jumlah konsumsi kantong plastik di Indonesia. Data Kementerian Kelautan menunjukkan orang Indonesia mengonsumsi sejuta kantong plastik permenit. Indonesia sendiri merupakan negara peringkat kedua produksi sampah plastik di dunia (tepat di belakang Cina).
Yunia Rahman (Yura), vice president Seangle Semarang, mengungkapkan Semarang memiliki banyak potensi di wilayah pesisir pantai. Sayangnya masyarakat tidak memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan pesisir. Faktanya, banyak sampah plastik yang bertebaran wilayah pesisir pantai Semarang.
“Nah kita pengennya mereka (warga pesisir) jadi generasi-generasi yang sadar akan lingkungan di daerahnya. Karena pun mereka mayoritas itu nelayan tapi gak semuanya nelayan. Kegiatan-kegiatan kita yang sering pun misal kayak clean up, tanam mangrove, kemudian tanam ecobrick hasil dari clean up terus ada sampling produk-produk yang paling banyak ataupun mapping produk-produk yang mencemari lingkungan,” ungkap Yura.
Program
Seangle memiliki beberapa program inkonvensional untuk mengatasi permasalahan sampah laut di pesisir Semarang. Seaschool, Rumah Pendidikan Sampah (Rupiah), Up-cycling, Kembali Cloth x Seangle, Lab Bersama, dan Paper School merupakan sederet program pembersih pesisir laut dari berbagai macam sampah. Dari sederet program itu, mereka menggarisbawahi tekad meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Permasalahannya memang di sini harus ada kesadaran dari masyarakat sendiri. Peran pemerintah harus lebih concern ke situ, kita tahu bahwa masyarakat pesisir atau masyarakat yang ada di sekitar pantai itu sebenarnya masyarakat-masyarakat yang harusnya kaya. Namun kenyataannya mereka berada di kelas ekonomi menengah. Itu juga berpengaruh terhadap lingkungan di sana. Kita sering ketika melakukan clean up kita mendapatkan barang-barang yang unik, pernah dapat kasur bantal, kemudian ada televisi dan lain sebagainya,” jelas Yura.
Usia Seangle memang masih seumur jagung di Semarang namun keberadaan mereka sudah diterima masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan antusiasme relawan mengikuti kegiatan Seangle Semarang. Mereka bahkan tidak menyangka mendapatkan tanggapan sebaik itu. Yura mengisahkan pengalaman saat melakukan pembersihan di Ungaran.
“Kita sangat appreciate ke masyarakat ketika waktu itu masih berlima inisiator di Semarang kemudian kita diajakin untuk melakukan kegiatan di Ungaran. Kita coba open volunteer dan kita sangat terkejut karena kita dapat menggaet enam puluh volunteer untuk kita ajak di Ungaran. Jadi kami rasa untuk komunitas yang baru di launching untuk tahun itu Alhamdulillah penerimaan masyarakat juga cukup baik,” kisah Yura.
Seangle Semarang berpandangan permasalahan lingkungan tidak pernah ada habisnya. Mereka berharap semua kalangan dapat bergerak bersama untuk dapat mengatasi permasalahan lingkungan, utamanya di Semarang.
Penulis : Mohammad Fariansyah