Jakarta (Greeners) – Berdiri sejak tahun 2019, komunitas penggiat lingkungan River Cleanup Indonesia menjadi pelopor gerakan bersihkan sungai dari sampah. Tak hanya fokus membersihkan sampah saja, mereka juga ingin mengubah mindset masyarakat tentang cleanup melalui edukasi.
Project Manager River Cleanup Indonesia Egar Anugrah mengatakan, komunitas ini mau mengubah mindset orang-orang bahwa cleanup bisa dilakukan setiap hari, sekalipun tanpa bersama River Cleanup. Selain misi cleanup, mereka pun ingin mengedukasi masyarakat.
Berbasis di Bandung, komunitas ini fokus mengatasi sampah di sungai besar Citarum. Namun, saat ini aksi sudah mereka mulai pada sungai kecil yang akan berakhir di sungai Citarum.
“Fokusnya ke project Citarum, tapi pergerakannya di wilayah sungai yang saat ini utamanya di Cikapundung dan beberapa anak sungai lainnya yang hilirnya ke Citarum,” kata Egar kepada Greeners baru-baru ini.
Dalam melakukan pembersihan sungai, River Cleanup Indonesia tidak hanya melihat timbulan sampah di sungai saja. Komunitas ini pun aktif berinteraksi dengan komunitas terdekat di lokasi cleanup, pemerintah lokal, dan sekolah.
Usung Tiga Pilar Mengatasi Sampah di Sungai
Dalam misinya, River Cleanup Indinesia tak hanya fokus membersihkan sampah di sungai, namun memiliki tiga pilar yakni cleanup, education, dan transformation. Ketiga pilar inilah yang menjadi acuan River Cleanup Indonesia dalam menjalankan programnya.
Di mulai dari pilar pertama yaitu cleanup yang memiliki metode story telling pada saat membersihkan sampah di sungai. Pilar ini fokus membersihkan sungai dengan konsep bercerita.
“Kami menyediakan waktu 60 menit untuk cleanup sampah di sungai kepada anak-anak seusia dini. Ketika berkegiatan ada river captain untuk mendampingi. Jadi selama 60 menit dia akan terus cerita misalnya menemukan plastik dan kemasan sachet, nah sampah tersebut akan diceritakan dari mana datangnya,” tutur Egar.
Pilar kedua yaitu education yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya timbulan sampah di sungai.
“Tidak hanya membersihkan sungai saja, tapi juga membentuk kebiasaan dari edukasi tentang menjaga sungai. Soalnya kalau bersih-bersih saja mungkin setengah jam kemudian sampahnya datang lagi,” ucapnya.
Selain kedua pilar tersebut, River Cleanup Indonesia juga memiliki pilar transformation. Pilar ini berkaitan dengan pemerintah dan pihak industri mengenai regulasi.
Bentuk Karakter Siswa SD untuk Peka Lingkungan
Sebagian besar kegiatan River Cleanup Indonesia saat ini melibatkan siswa sekolah dasar. Alasannya, untuk memperkuat pembentukan karakter peduli lingkungan. Tim River Cleanup Indonesia mengangkat isu ini untuk menggali critical thinking anak-anak.
Saat ini lanjut Egar, komunitas ini sedang menjalankan program di 10 sekolah dasar selama tiga semester atau 18 bulan. Gerakan ini bertujuan untuk menyuarakan dan mengubah pola pikir anak-anak dalam menjaga sungai dari sampah.
Kegiatan yang melibatkan anak-anak sekolah dasar ini dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Sebab, hal ini bukan kompetisi tetapi merupakan program perubahan perilaku dalam jangka panjang.
“Siswa SD ini nantinya akan mengajak warga di sekitarnya untuk bergerak bersama. Jadi penggeraknya adalah mereka. Kami juga ingin membawa budaya ini ke orang tua, melalui anak-anak untuk bergerak bersama,” ungkap Egar.
River Cleanup Indonesia Miliki 6.422 River Warriors
Menariknya, komunitas ini mendapat dukungan luar biasa dari para river warriors. Mereka hadir dan menyempatkan diri ikut turun ke sungai. Hingga kini river warriors yang telah bergabung sebanyak 6.422 orang.
“Banyak sekali teman-teman yang hadir lebih dari satu kali. Mereka sudah berkali-kali ikutan. Jadi kemampuan mereka tidak hanya berdampak pada diri mereka sendiri, tetapi mulai memberikan dampak kepada orang-orang yang baru memulai bergabung,” ucap Egar.
Selain pencapaian, komunitas ini juga memiliki tantangan. Banyak hal yang perlu komunitas genjot karena jumlah sampah yang timbul di sungai saat ini belum berkurang dan beberapa sungai juga yang masih sulit diakses.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin