Pada Minggu pagi yang cerah, saat matahari belum sempat meninggi, sekumpulan orang dari berbagai usia terlihat asik berbincang di pinggir jalan kawasan Daan Mogot Baru, Jakarta Barat. Tua, muda, laki-laki dan perempuan berbaur duduk santai diatas trotoar, sementara di kanan-kiri mereka terparkir sepeda dengan berbagai merek dan jenis.
Orang-orang yang lalu lalang disekitar jalan pun dengan mudah bisa menerka kalau mereka merupakan kumpulan penggemar sepeda, ditambah pula jersey yang mereka gunakan seragam, dengan tulisan “Pegasus” dibagian depannya.
“Pegasus, penggemar sepeda untuk sehat,” ungkap Adang Muhaimin menjelaskan makna akronim nama komunitas tersebut.
Sesuai namanya, tujuan dibentuknya Pegasus memang agar para anggotanya tetap membudayakan hidup sehat dengan bersepeda. Termasuk juga membudayakan bersepeda ke orang lain yang ada disekitar mereka. “Kalau gowes bareng-bareng kan lebih asik, capeknya jadi enggak berasa,” lontar Adang.
Ditemui pagi hari Minggu yang lalu, lelaki yang merupakan Humas dari komunitas Pegasus ini menerangkan, bahwa mereka memang terbisa berkumpul di kawasan Daan Mogot Baru setiap minggunya. “Kadang pagi atau sore selepas kita berkeliling gowes bareng disekitaran Cengkareng-Kalideres,” terangnya.
Sementara untuk lokasi berkumpul tidak lepas dari mayoritas anggota Pegasus yang memang berasal dari kawasan Daan Mogot, Cengkareng dan Kalideres, namun ada juga anggota yang berasal dari luar wilayah tersebut mulai dari Cileduk, Tanggerang, sampai ada yang dari Matraman di Jakarta Timur.
Memang tidak pernah ada batasan bagi siapa pun yang ingin bergabung di Pegasus. Hal itu pula yang coba ditonjolkan oleh komunitas yang bediri pada 11 September 2008 ini. Bukan hanya lokasi tempat tinggal, usia, jenis kelamin, termasuk jenis sepeda yang digunakan pun bebas. “Yang mau bergabung syaratnya hanya dua, punya sepeda dan rasa kekeluargaan,” ungkap Adang.
Rasa kekeluargaan yang erat diantara 50 anggota komunitas yang diketuai Harie Yulisusanto ini membuat segala perbedaan yang mereka miliki seakan hilang, hanya satu hal yang menguatkan diantara mereka bahwa mereka sama-sama penggemar sepeda.
Keberagaman anggota Pegasus memang tampak jelas, seperti bisa dilihat saat mereka berkumpul pagi itu. Kita bisa melihat anak belasan tahun, sampai yang sudah berumur 64 tahun duduk berbincang bersama. Jenis sepeda pun demikian, dari sepeda lipat, BMX, MTB, sampai sepeda downhill bisa ditemui di lokasi mereka berkumpul saat itu.
Untuk mengakomodir beragamnya jenis sepeda para anggota dan juga menghilangkan kejenuhan bersepeda di Jakarta, Pegasus juga sesekali mengadakan acara bersepeda di luar kota. Biasanya untuk anggota dengan sepeda jenis MTB atau Downhill sesekali mereka bersepeda langsung di pegunungan atau trek khusus yang memang disediakan. Seperti jalur pipa gas di Tangerang Selatan, gunung Pancar Bogor, atau kawasan perbukitan Cikole Lembang.
Bukan hanya bersepeda
Diikatkan dalam satu kesamaan hobi, bukan berarti komunitas ini hanya beraktivitas seputar kendaraan roda dua tanpa mesin saja. Banyak aktivitas lain yang rutin dilakukan, mulai dari donor darah, bakti sosial, sampai dengan kunjungan ke panti jompo.
“Donor darah kita rutin tiga bulan sekali, biasanya bekerja sama dengan yayasan yang ada di sekitar sini juga,” terang Adang.
Untuk bakti sosial dan kunjungan ke panti jompo memang tidak dilakukan dalam waktu yang rutin, namun minimal setahun sekali mereka lakukan. Tujuannya, untuk mendekatkan diri dengan sesama. Panti jompo dipilih dengan alasan bahwa orang tua dengan usia lanjut sangat perlu mendapatkan perhatian dan hiburan, bukan semata bantuan materi. Maka dalam setiap kesempatannya, komunitas Pegasus juga menggandeng beberapa rekan lainya untuk mengisi acara. “Terakhir kita mengajak grup musik Debu untuk menghibur para orang tua kita di panti jompo,” kata Adang.
Berbagai kegiatan sosial tersebut diadakan bukan hanya semata untuk memberikan bantuan dan manfaat kepada orang yang diberikan, namun juga bagi anggota Pegasus sendiri. “Kalau dengan bersepeda kita sehat secara jasmani, dengan kegiatan sosial harapannya bisa sehat secara rohani juga,” tutup Adang.
Penulis: AT/G39