Sosok Oday Kodariyah merupakan perempuan berdaya yang memanfaatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia. Meskipun tidak mengenyam pendidikan mengenai pengobatan tradisional nusantara secara formal, tetapi ratusan bahkan ribuan pengetahuan tersebut telah ia pelajari.
Ibu berusia 65 tahun ini merupakan lulusan Sekolah Teknik Menengah Kimia di Bandung, Jawa Barat. Pengalaman Oday sebagai Praktisi Klinik Pusat Konsultasi dan Pengobatan Herbal sudah dilakukannya sejak 2001.
Pengalaman hidup dengan kanker serviks membuat Oday mendalami tanaman obat nusantara. Pada 1993, ia merasa tidak ada satu pun metode yang dapat membuatnya sembuh. Ia lalu mencari berbagai upaya agar dapat tetap hidup dan kembali sehat. Oday kemudian mulai mempelajari tanaman herbal yang menjadi kearifan lokal. Motivasinya datang dari para orang tua terdahulu yang tetap sehat meski pengobatan medis modern belum banyak. “Dari peninggalan nenek moyang, kita belajar dari sana dan sampai ada hasilnya,” ucap Oday.
Pada acara sarasehan Kalpataru di Jakarta Pusat, Agustus lalu, setelah Oday menerima penghargaan bersama 100 orang pegiat lingkungan hidup lain, Greeners berbincang dengannya. Ia menuturkan alasannya mempelajari tanaman herbal dan pengalamannya melestarikan 900 jenis tanaman obat.
Wawancara Greeners dan Oday Kodariyah
Bagaimana seorang lulusan STM memperdalam ilmu tentang kearifan lokal?
Waktu itu mencari tahu, menggali ilmu, mengikuti kursus mengenai tanaman obat. Tahun 2001 saya mengikut ujian kelayakan untuk menjadi herbalis. Saya herbalis yang bersertifikat dari Yayasan Karya Sari, sebuah yayasan pengembang tanaman obat.
Berapa banyak koleksi tanaman obat yang dimiliki?
Kurang lebih ada 900 jenis tanaman obat. Hampir semua penyakit bisa kita tangani. Saya suka mengoleksi tanaman sebab ternyata dia (tanaman herbal) tidak tunggal, ternyata satu tanaman itu unik, ada zat aktifnya atau ada sesuatu yang bisa dipergunakan untuk menyelamatkan kehidupan manusia.
Apa saja metode penyembuhan dengan tanaman obat?
Kalau dengan kearifan lokal tidak dengan cara modern, hanya dilalap, direbus atau diminum airnya. Beberapa tanaman juga dikeringkan kemudian direbus. Jenisnya sangat banyak, saat itu saya banyak sekali mendapat saran contoh tanaman obat yang dinilai berkhasiat. Karena tiap individu menyampaikan informasi yang berbeda, akhirnya dicoba hingga mendapat satu penemuan.
Bagaimana bisa mengetahui manfaat dari tiap tanaman obat?
Dari keluarga, dari nenek, saya menggali kearifan lokal. Saya menggali informasi dengan terus bertanya. Misalnya ada kasus pendarahan, disarankan memakai tanaman ini atau itu. Saya ikuti.
Dengan mempertahankan kearifan lokal dan menerapkannya dengan ilmu, itu akan bermanfaat sampai sekarang. Bukan hanya menjadi sejarah yang kusam, tapi sesuatu yang dahsyat dari alam untuk kita.
Selain menanam, apakah tanaman juga dijual?
Pertama saya melestarikan, tanaman ini harus hidup. Setelah itu saya mengembangkan, memperbanyak agar tidak punah tanamannya. Karena sudah banyak berarti saya harus punya klinik untuk menyalurkannya, klinik pengobatan untuk menyalurkan apa yang kita kerjakan. Jadi melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkannya.
Tidak menjual ke orang lain. Saya memanfaatkannya untuk di klinik sendiri yang digunakan sebagai pusat konsultasi dan informasi. Jika ada yang bertanya mengenai khasiat tanaman, kalau mampu saya pasti memberi tahu mereka.
Bagaimana jika ada masyarakat yang ingin berkonsultasi?
Datang dahulu ke tempat kami, karena tiap individu akan berbeda pendeteksiannya. Nanti akan kita ketahui gangguannya ini pakai tanaman yang ini. Jadi, kami tidak menjual produk untuk suatu penyakit, tapi kita adalah pengobat.
Saya harus memberikan informasi kepada mereka yang datang ke kami. Dari mulai menjaga pola pikir, salah satu yang sangat berpengaruh. Lalu pola hidupnya, nanti akan ada benang merahnya bahwa sakitnya itu.
Proses konsultasi biasanya tidak hanya sekali. Umumnya per dua minggu sekali, tapi harus menerapkan bahwa sehat itu tanggung jawab sendiri, tidak boleh tergantung siapa pun. Saya akan menerapkan seperti itu, atur dahulu pola makan, pola hidup, baru ini solusinya.
Apakah motivasi melakukan ini?
Saya ingin menyebarkan seluas-luasnya, membukakan mata hati mereka dan menyadarkan generasi penerus untuk menghargai apa yang saya lakukan ke alam. Jadi, saya mendidik anak kecil mulai dari SD dan SMP.
Caranya memberikan informasi dahulu, mengenalkan, setelah mereka jatuh cinta, kita akan memberi informasi yang lebih tinggi lagi. Ya harus pelan-pelan, bertahap mengajarkannya. Berat untuk saya berjuang, tapi itu adalah tanggung jawab. Jadi, saya punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menyampaikan kepada semua bahwa Indonesia itu luar biasa.
Apa pesan yang ingin Anda sampaikan pada generasi penerus?
Anak muda bangkit dan tetap berpegang teguh, tetap mempertahankan kearifan lokal. Bangsa ini akan kuat walaupun tergerus zaman. Mudah-mudahan Indonesia bisa tetap berdiri dan tetap jaya adanya di generasi yang akan datang.
Yang terpenting ialah menjaga lingkungan mulai dari hulu. Bagaimana menjaga lingkungan, bagaimana menjaga kelestarian tumbuhan, sumber mata air. Kami menjaga empat sumber mata air untuk masyarakat.
Berkat kegigihanya dalam mengembangkan pengobatan tradsional. Berbagai penghargaan telah dia terima, salah satunya penerima KALPATARU penghargaan Presiden Republik Indonesia sebagai perintis lingkungan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo 2018-2019.
Penulis: Ridho Pambudi