Bandung (Greeners) – Kehidupan perkotaan tak pernah lepas dari masalah kemacetan jalan. Volume kendaraan yang semakin bertambah setiap tahunnya menimbulkan berbagai masalah baik secara individu maupun kelompok, mulai dari konsumsi bahan bakar yang percuma, terbuangnya waktu, hingga polusi udara dan suara.
Dengan latar belakang masalah tersebut, muncul sekelompok masyarakat yang berinisiasi untuk mengurangi volume kendaraan sekaligus meminimalisir kemacetan, yakni Nebengers. Komunitas ini dikenal dengan aksi nebeng atau menumpang kendaraan yang searah untuk mengisi kapasitas kursi penumpang pada kendaraan tersebut.
“Nebengers diinisiasi sebagai sarana pengurang kemacetan dengan menjadi media untuk mempertemukan pemberi dan pencari tebengan,” ujar Reza Fatahilah, Lurah Nebengers wilayah Bandung saat ditemui Greeners di kawasan Gelap Nyawang, Bandung, awal bulan lalu.
Menurut pria yang kerap disapa Erfat, komunitas yang dibentuk pada 7 Desember 2011 oleh Andreas Aditya, dibantu Putri Sentanu dan Maria Stefany ini bermula dari kepadatan para pengguna angkutan umum dan banyaknya ruang kendaraan pribadi yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Melihat hal tersebut, Nebengers wilayah Bandung didirikan 10 Februari 2012 untuk mewadahi masyarakat di kota Bandung dengan saling berbagi kursi kosong pada kendaraan pribadinya seperti mobil dan sepeda motor.
Untuk meminta tumpangan, para Nebengers terlebih dahulu mention di twitter @nebengers. Apabila ada anggota yang searah maka dilanjutkan dengan kesepakatan, baik itu share uang bensin, tol, atau makanan.
“Nebengers wajib berbagi cerita di twitter, facebook dengan hashtag #ceritanebeng atau aplikasi Nebengers setelah nebeng untuk mengetahui kredibilitas pemberi tebengan. Ini jadi tolak ukur keamanan bagi anggota lainnya,” ungkapnya.
Beranggotakan 300 orang dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa, wirausaha, dan karyawan, Nebengers secara aktif melakukan kopi darat setiap seminggu sekali. Kegiatan kopdar sendiri tidak hanya membicarakan nebengers saja, obrolan seputar sehari-hari kerap menjadi bahan cerita setiap anggotanya sambil menyantap jajanan.
“Tujuannya sebagai sarana verifikasi setelah follow menjadi anggota Nebengers, jadi antara pemberi tebengan dan pencari tebengan dapat saling kenal satu sama lain,” ungkap Erfat.
Eksistensi Nebengers tidak diragukan lagi, komunitas ini secara aktif berbagi pengalaman dan bersosialisasi di kampus, sekolah, kantor, dan Car Free Day kepada masyarakat untuk saling berbagi kursi kosong pada kendaraannya sebagai sarana pengurai kemacetan.
Selain itu, Nebengers juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menyelenggarakan pelatihan safety first saat berkendara, mudik nebeng, serta temu wicara dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dalam mengampanyekan nebeng.
“Sosialisasi penting dibagikan kepada masyarakat akan nebeng, kalau tata cara nebeng dilakukan dengan baik, nebeng akan memberikan rasa nyaman dan aman pada pemberi dan pencari tebengan,” ucapnya.
Di tengah inovasi transportasi umum yang semakin berkembang akhir-akhir ini, Erfat mengharapkan semakin banyak orang yang mau berbagi kursi untuk mengurangi kemacetan.
“Banyak inovasi dalam transportasi saat ini, seperti Go-jek, Grab Bike, Taksi Uber yang lebih berfokus kepada profit. Dengan mengutamakan kepercayaan, kita bisa saling menguntungkan satu sama lain tanpa mengedepankan bisnis dan secara tidak langsung kita bisa mengurangi kemacetan dengan cara nebeng,” harap Erfat.
Nebengers berbagi informasi melalui akun twitter @nebengers, facebook nebengers, instagram nebengers. Tak kenal maka tak nebeng.
Penulis: ANP/G32