Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di lintasan garis khatulistiwa. Kondisi geografis ini membuat Indonesia menjadi negara tropis dengan keanekaragaman hayati yang sangat berlimpah. Potensi ini sudah sepatutnya di lestarikan agar laju kepunahan dapat ditekan dan dihindari. Ada banyak cara untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati, salah satunya melalui foto seperti yang dilakukan oleh komunitas Indonesia Wildlife Photography.
Indonesia Wildlife Photography (IWP) merupakan komunitas dan forum komunikasi bagi fotografer yang tertarik pada fotografi hidupan liar atau alam liar. Komunitas ini dibentuk pada tanggal 5 Juni tahun 2010 di Jakarta dan diprakarsai oleh empat fotografer, yaitu Ady Kristanto, Dedy Istanto, Willy Ekariyono, dan Agung Angkasa Adi. Komunitas IWP lahir dari kesamaan hobi keempat fotografer ini, yaitu memotret hewan di alam liar.
“Ide awal kita mendirikan Indonesia Wildlife Photography adalah karena kita sama-sama suka memotret hewan. Selain itu, kita juga memiliki satu visi dan misi untuk melestarikan alam liar Indonesia. Dari situ, kita merasa perlu membentuk suatu wadah untuk saling berkomunikasi dan bertukar pikiran. Maka dibentuklah Indonesia Wildlife Photography ini,” ujar Ady Kristanto kepada Greeners saat ditemui awal September lalu di Jakarta.
Hingga saat ini, Ady mengaku bahwa komunitasnya tersebut memiliki anggota aktif sebanyak kurang lebih 30 orang. Sesuai dengan nama komunitas ini, anggota komunitas IWP sering melakukan kegiatan memotret satwa di alam liar. Untuk melakukan kegiatan ini, IWP kerap bekerjasama dengan komunitas maupun perusahaan dalam pemantauan dan pendataan satwa liar di Indonesia.
“Biasanya, kami sering memotret hewan-hewan liar seperti burung, hewan amfibi, reptil, dan juga serangga. Kami kumpul minimal satu bulan sekali. Dalam melakukan kegiatan pemotretan, kami biasanya kerjasama dengan komunitas lain maupun perusahaan dalam pemantauan dan pendataan satwa liar di Indonesia. Selain hunting foto, biasanya kita juga memberikan pendidikan lingkungan pada orang luar yang tanya-tanya detail soal satwa yang kita foto,” kata Ady.
Ady menerangkan, selain memotret IWP juga membuat beberapa publikasi berupa buku identifikasi spesies atau buku panduan foto. IWP juga pernah menjadi juri lomba foto, pemateri di acara fotografi maupun talkshow di TV, dan mengisi stan pameran di acara lingkungan.
“Alhamdulillah sih (kesulitan yang dihadapi) tidak banyak, hanya beberapa teman yang pakai kamera DSLR dan pakai lensa besar sering dipertanyakan masalah izinnya. Padahal, itu kan daerah publik dan dianggapnya kita fotografer profesional karena kameranya besar-besar,” ujar Ady menceritakan kendala yang ia hadapi.
Dalam beberapa waktu ke depan, komunitas IWP juga akan membuat buku fotografi sendiri. Ady mengatakan bahwa ada beberapa buku mengenai hidupan liar yang sedang dipersiapkan dan penerbitan buku-buku tersebut akan bekerjasama dengan beberapa pihak. Ady percaya bahwa konservasi satwa juga bisa dilakukan melalui foto karena kepedulian masyarakat terhadap satwa liar bisa saja meningkat setelah melihat foto-foto yang mereka ambil.
“Kami memiliki visi dan misi yaitu ‘konservasi satwa melalui foto’. Kami akan membuat buku fotografi yang dibuat oleh orang Indonesia sendiri, dan kami juga akan menerbitkan buku Hidupan Liar di Pulau Bidadari bekerjasama dengan Ancol Taman Impian serta meluncurkan buku Wildlife of Jakarta bekerjasama dengan Greeners,” pungkas Ady.
Penulis: Anggi Rizky Firdhani