Tidak bisa dipungkiri keberadaan sungai menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, bukan hanya yang berada disekitarnya namun juga sampai pada lingkup kota dimana sungai tersebut berada. Sayangnya banyak sungai kualitasnya terus mengalami penurunan dari tahun-ketahun.
Di Jakarta misalnya, kota sekaligus provinsi yang dialiri oleh 13 sungai ini seringkali mengalami banjir akibat meluapnya sungai pada musim hujan. Air sungai yang seharusnya menjadi sumber kehidupan, justru menjadi sumber bencana.
Beragam upaya sebenarnya sudah dilakukan untuk membuat sungai di Jakarta menjadi lebih baik. Misalnya, pada tahun 1989 atas dasar inisiasi Gubernur Jakarta saat itu Wiyogo Atmodarminto, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan Umum, Walhi, Dana Mitra Lingkungan, Universitas Indonesia dan beberapa universitas lainya, dicetuskanlah suatu gerakan untuk memperhatikan sungai-sungai di Jakarta, khususnya Sungai Ciliwung.
Gerakan tersebut dinamakan Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) yang pengkoordinasiannya dilaksanakan oleh Lembaga Koordinasi Gerakan Ciliwung Bersih (LK-GCB), dimana Gubernur Jakarta menjabat sebagai ketuanya.
GCB sendiri sejatinya berfungsi sebagai lembaga penunjang program kali bersih (Prokasih) DKI Jakarta yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, swasta, masyarakat. Saat ini Peni Susanti didapuk sebagai Pemimpin Program (Pimpro).
Peni menjelaskan dibentuknya GCB agar masyarakat peduli akan kebersihan sungai. Ditargetkan dalam 20 tahun sejak 1989, kualitas sungai di Jakarta bisa menjadi baik. “Sayangnya dalam perjalanan waktu, bisa kita lihat sungai bukan makin membaik malah tambah jelek,” kata Peni kepada Greeners usai peringatan Hari Air Sedunia GCB 2017.
Melihat kenyataan tersebut, Peni yang selepas mengepalai Prokasih sempat beberapa kali berpindah kedinasan, mulai Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas Pertambangan dan Energi, sampai terakhir mengepalai Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta ini, pada tahun 2009 berinisiatif untuk lebih melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sungai.
“Saya mengajak Profesor Emil Salim untuk menjadi dewan pakar mencoba bagaimana memberdayakan masyarakat. Saat itu ada dua komunitas yang menurut kita baik dan aktif dalam merawat sungai Ciliwung. Di Condet ada komunitas yang dipimpin Abdul Kodir dan di Tanjungan oleh Jumari. Mereka saat itu juga kita gandengkan dengan PT Astra Honda Motor untuk mendapatkan bantuan,” ujar Peni.
Libatkan masyarakat
Pada tahun 2012, GCB yang tidak berjalan begitu baik direvitalisasi dan Peni Susanti dipercaya sebagai Direktur Eksekutif GCB hingga saat ini. Sama seperti saat memimpin BPLHD, di GCB Peni lebih menekanan pada peran serta masyarakat, dan GCB berperan sebagai fasilitator.
Beberapa komunitas masyarakat yang sudah memiliki kepedulian terhadap Ciliwung yang tergabung dalam beberapa Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) diberikan akses oleh GCB ke berbagai perusahaan dan universitas. Tujuannya agar mereka bisa mendapatkan bantuan baik berupa dana, pembinaan dan pengembangan penelitian.
“Pada 2012 itu pertama ada program CSR Bank BNI, saya ambil contoh Kopassus. Kita bekerja sama dengan Kopassus selama satu tahun, karena sebagai tentara mereka sudah memiliki disiplin,” ujarnya.
(selanjutnya..)