Jakarta (Greeners) – Pak David, begitu sosok pria berkulit putih langsat ini biasa dipanggil. Hampir dua dekade berkutat dengan isu Sustainable Development, David Sutasurya mengaku bahwa motivasi utamanya adalah mempersiapkan dunia yang layak dihuni oleh anak, cucu, dan generasi penerusnya.
“Saya ini manusia normal yang berusaha untuk hidup benar,” begitu David mendeskripsikan dirinya ketika diwawancarai oleh tim Greeners pada Rabu (15/6).
“Sekarang kan sistem ekonomi masih tidak memperhitungkan alam, padahal ekonomi tidak akan bisa bergerak kalau alam rusak. Semua kebutuhan manusia kan berasal dari alam,” tambahnya. Sistem ekonomi yang berdasar pada eksploitasi alam yang berlebih ini coba diubah oleh David dan komunitas Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi.
Menurut pria asal Sukabumi ini, kita telah berada dalam tepian keruntuhan ekologis. Pola konsumsi yang dipengaruhi oleh sistem ekonomi global telah mendorong kita untuk menggunakan kapasitas dukung alam sampai ke titik yang mengkhawatirkan.
David mengibaratkan keadaan yang dialami oleh masyarakat dunia sekarang ibarat tabungan di bank. “Untuk kehidupan sehari-hari, sekarang kita dalam tahap menggunakan dana pokok tabungan, bukan lagi bunganya, sudah terasa kan? Perlahan-lahan aset kita mulai berkurang. Hutan mulai habis, bahan pangan mulai langka,” jelasnya.
David menegaskan bahwa upaya-upaya untuk rehabilitasi harus dimulai dari sekarang karena ketika keruntuhan itu sudah mulai terjadi, tidak akan dapat diperbaiki lagi. Sama seperti keruntuhan sebuah gedung pencakar langit, bila sudah terjadi tidak akan bisa ditahan dan diperbaiki. Dan, langkah awal untuk memulai itu adalah dengan mengubah pola pikir masyarakat dalam melihat persoalan lingkungan ini.
“Selama beberapa tahun saya berkecimpung di bidang ini, akhirnya saya melihat bahwa ada gap antara apa yang kita perjuangkan dan yang kita lakukan sehari-hari,” ujar David. Dia menekankan bahwa prioritas paling utama adalah mengubah pola pikir dengan langkah-langkah yang sederhana dan mudah dilakukan. “Saya saja mulai dengan menggunakan kantong plastik berulang-ulang, itu proses mengedukasi diri saya sendiri,” tambahnya.
(selanjutnya)