Ubah Pola Pikir Untuk Menyelamatkan
Setelah hutan beralih fungsi menjadi perkebunan monokultur karena pembabatan hutan dan lahan di sejumlah daerah di Indonesia, menurut Chanee masyarakat harus mengubah pola pikir dalam bidang pelestarian alam. Misalnya dengan melakukan program yang nyata untuk mendapatkan hasil langsung demi menyelamatkan yang satwa tersisa.
“Waktu itu Departemen Kehutanan mengatakan kenapa mau bikin program untuk owa. Karena yang terpenting orang utan bukan owa. Ini satu pola pikir yang salah,” kata dia.
Ia menambahkan seluruh satwa yang ada di hutan harus diselamatkan. Caranya dengan mencari jalan keluar untuk satwa yang terdampak deforestasi. “Di hutan semua satwa dilindungi atau tidak semuanya penting,” ujar Chanee.
Peran LSM Sangat Penting
Menurut Chanee kegiatan kampanye, mengumpulkan dana, mendirikan sekolah, dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat, merupakan hal umum untuk melestarikan alam. Di samping itu, banyak penelitian yang terbatas pada mendokumentasikan kepunahan satwa, jumlah orang utan dan habitatnya yang tersisa. Namun, tidak diikuti dengan upaya penyelamatan yang melibatkan masyarakat sehingga hilang semua keanekaragaman hayati itu.
Chanee menuturkan, satu hal terpenting dalam membuat program pelestarian, yakni Lembaga Swadaya Masyarakat harus berkomitmen dalam jangka waktu panjang dan bukan hanya mengacu pada program tiga atau lima tahunan. Ia khawatir saat program selesai dan diserahkan ke pemerintah atau masyarakat, di tahun keenam atau ketujuh proyek tersebut justru hancur dan tidak ada yang bertanggung jawab. “Setelah lima tahun membangun proyek, apakah bisa menjamin hutan dilestarikan?” katanya.