Bandung (Greeners) – Jika dua puluh tahun lalu Kota Bandung nyaris tidak mengenal macet, kini semenjak adanya tol Cipularang dan tingginya laju pembangunan kota membuat banyak ruas jalan di Bandung nyaris tidak bergerak karena padat kendaraan.
Di tengah padatnya kendaraan di kota Bandung, ada sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam komunitas Bike to Campus Bandung. Mereka mencoba menawarkan alternatif moda transportasi untuk memecah kemacetan. Komunitas yang beranggotakan mahasiswa dari beberapa universitas di Kota Bandung ini rutin bersepeda ke kampusnya masing-masing.
“Anggota yang resmi tercatat tuh sekarang hampir 40 orang, cuma kalo ditambah partisipan dari komunitas lain bisa sampai 100 orang lebih,” ungkap Bangun Setyo Nugroho, Ketua Bike to Campus Bandung saat berjumpa Greeners di salah satu cafe di kota Bandung, Kamis (30/4) lalu.
Bangun, yang merupakan mahasiswa teknik di salah satu universitas swasta di Bandung menuturkan, semua anggota Bike to Campus, rutin bersepeda ke kampusnya masing-masing setiap hari dengan jarak yang bervariasi, mulai dari 4 kilometer hingga 40 kilometer.
“Dari kita ada yang seharinya tuh 40 kilometer pulang pergi dari kampus-rumah, tapi mereka enggak mempermasalahkan jarak. Yang penting bagi kita bagaimana kita mengenalkan sepeda sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan dan menyehatkan,” ungkap pria berambut gondrong ini.
Bukan hanya bersepeda, dari penuturan Bangun, komunitas sepeda yang akan menginjak usia 5 tahun pada Juli nanti ini, tak pernah absen mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian alam. Tidak sedikit anggota dari komunitas ini aktif di berbagai aksi lingkungan yang ada di Kota Bandung. Selain aksi lingkungan, komunitas ini pun selalu berupaya mengadakan kegiatan sosial, seperti membantu panti asuhan, memberi makan gelandangan dan melakukan aksi donor darah.
“Meskipun identitas kita komunitas sepeda, kita sering juga berkolaborasi dengan penggiat lingkungan. Bahkan kita juga sering ngadain acara kemanusiaan, seperti membantu panti asuhan, bagi-bagi tajil kalau bulan puasa sampai ada yang donor darah juga,” imbuhnya.
Eksistensi komunitas Bike to Campus di kota Bandung tidak diragukan lagi. Tidak jarang komunitas ini diminta menjadi marshal (pendamping/pengatur pesepeda) dalam acara funbike. Bahkan, komunitas ini kerap dimintai bantuan dalam acara sepeda berskala nasional seperti Jambore MTB Federal pada Oktober 2014 silam.
Ajang balap sepeda yang selalu menghiasi kalender ISSI (Ikatan Sepeda Sport Indonesia) Kota Bandung dijadikan komunitas ini untuk unjuk gigi. Setidaknya ada empat anggotanya yang selalu turun gelanggang untuk mengharumkan nama Bike to Campus.
“Sering kita diminta buat jadi marshal atau jadi panitia acara lain yang ada kaitannya sama sepeda, selain itu kita juga punya atlet yang kita bina sendiri dan didanai secara patungan untuk ikutan balap sepeda,” ungkap Bangun.
Melihat kondisi jalanan Kota Bandung yang selalu macet di jam-jam sibuk, membuat Bangun sangat berharap semakin banyak orang yang bersepeda. Menurut Bangun, dengan bersepeda bisa membuat jalanan di Bandung menjadi lancar dan kesehatan wargapun ikut terjamin.
“Penginnya semakin banyak yang bersepeda biar Bandung enggak macet lagi, soalnya kalau banyak yang bersepeda jalan jadi lancar, kesehatan terjadi dan udara pun ikut semakin segar. Selain itu, saya berharap Bapak Wali Kota dan Pemkot Bandung semakin memanjakan pesepeda di Bandung agar makin banyak yang bersepeda,” katanya berharap.
Bike to campus Bandung berbagi informasi melalui akun twitter @b2cbandung dan grup facebook bike2campus Bandung.
Penulis: RA/G11