Jakarta (Greeners) – Animo masyarakat terhadap olahraga semakin diminati khusunya untuk kegiatan lari. Olahraga lari memiliki beragam manfaat mulai dari kesehatan fisik hingga mental. Kesehatan juga merupakan kekayaan utama yang tidak dapat ditukar dengan apapun.
Teknik dan wawasan dasar berlari dengan benar dan sehat menjadi motivasi berdirinya Skolari di awal tahun 2019. Skolari juga berupaya agar setiap individu di segala usia dapat merasakan kenikmatan dan bebas cedera saat melakukan lari. Peningkatan daya tahan secara bertahap hingga ke tingkat yang diinginkan juga menjadi tujuan mereka.
“Kita ingin bagaimana cara mengedukasi masyarakat cara berlari yang benar, yang menuju sehat dan bahagia,” ucap pendiri Skolari, Riski Sinar Respati atau yang akrab disapa Kiki, di Jakarta Pusat, Sabtu 24 Januari 2020.
Baca juga: 5 Kesalahan Saat Berlari
Skolari juga memiliki program khusus di antaranya, Running Camp, Coaching Clinic, dan Road to Running Event untuk berbagai jarak. Dalam sepekan, Skolari memiliki dua kelas, yakni pada hari Kamis pukul 18:30 WIB dan Sabtu pukul 06:30 WIB, di Funantique Kopi, Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, dapat mengikuti secara gratis. Mereka akan diajarkan beberapa tips dan tahapan dengan panduan pelatih yang kompeten di bidangnya.
Para pelatih Skolari berasal dari pelari berpengalaman seperti, Adrie Sutopo yang merupakan Master Ultra Runner dan Trail Run, Valast Ahmad, Marathoner, Road Runner Specialist, dan Semuel Elia Huawe, mantan atlet lari nasional peraih medali perak dan perunggu cabang atletik halang rintang (Steeplechase).
Untuk kegiatan edukasi, Kiki menceritakan dibagi dalam dua kategori. Pertama, kelas pemula yang terdiri dari orang yang mulai berlari atau sudah beberapa kali berpartisipasi. Biasanya, Skolari memberikan teknik dasar mulai dari pernapasan, gerak tubuh, dan gerakan kaki.
“Di kelas pemula ini diajarkan running form yang benar. Mencakup bagaimana gerakan badan, gerakan kaki saat menapak harus seperti apa. Jadi, di kaki kita ini ada ball of foot kayak bantalan, mendaratnya harus di situ. Karena kalau misalnya mendarat di tumit atau depan, itu akan cedera,” ujar Kiki.
Jika sudah melalui tahapan running form anggota akan naik kelas dari kategori pemula menjadi menengah (intermediate). Di kelas tersebut nantinya akan diajarkan lebih banyak lagi dibanding saat di kelas pemula. Selanjutnya, pelari kategori menengah sudah bisa dikatakan siap berlari dengan jarak lima kilometer hingga seterusnya.
“Kalau di kelas pemula masih dasar, begitu masuk ke kelas intermediate diajarkan juga mengatur speed terus heart rate. Kekuatan dari otot-otot harus dilatih terus, pernapasan lebih dalam seperti apa,” kata Kiki.
Baca juga: Million Mile Light, Lampu untuk Pelari
Kiki menuturkan, di kelas menengah juga dibagi lagi menjadi dua kategori yakni, road marathon atau berlari di tengah kota maupun trail running yang merupakan kegiatan berlari di tengah alam serta pegunungan.
Komunitas yang sudah memiliki 300 anggota ini telah mengikuti beberapa perlombaan di berbagai daerah di Indonesia. Skolari menyaring para peserta yang dinilai layak untuk tiap kategori lomba. “Kita seleksi terlebih dahulu, kemudian dilatih. Kami bersyukur dari beberapa race tidak ada yang cedera, semuanya finish dengan happy,” ucap Kiki.
Menurut Kiki, inti dalam berlari adalah harus didasari rasa senang. Sebab, akan melelahkan jika tidak dilakukan dengan gembira. Skolari juga menanamkan rasa kekeluargaan agar olahraga berlari tidak terkesan sebagai penyiksaan. Ia juga menyarankan untuk yang ingin belajar lari agar bergabung dengan teman-teman lain. “Kalau dia menemukan enjoy-nya, berapa kilo pun enggak akan capek,” ujarnya.
Penulis : Ridho Pambudi