Jakarta (Greeners) – Minggu siang (27/11), di Bumi Perkemahan Ragunan, Cilandak, Jakarta Selatan, sekumpulan anak kecil terlihat asik berkreasi dengan sampah plastik bekas kemasan kopi instan. Ada yang melipat, menggunting, mengikat dengan benang sampai akhirnya plastik bekas kemasan kopi tersebut membentuk serupa kupu-kupu. Setelah ditempeli peniti atau magnet, kupu-kupu dari plastik tersebut menjadi bros dan magnet tempelan lemari es.
Kegiatan yang berlangsung di stan Bank Sampah My Darling dalam acara Hello Nature 2016 tersebut, anak-anak itu terlihat antusias. Beberapa ada yang lambat namun ada pula yang cepat menangkap dan menjalankan bimbingan yang dilakukan langsung oleh Yeni Mulyani Hidayat, pendiri Bank Sampah My Darling.
“Saya lebih suka kasih bimbingan atau pelatihan ke anak kecil. Mereka polos dan lebih mudah menangkap instruksi yang saya berikan. Kalau ke ibu-ibu lebih banyak ngobrolnya,” kata Yeni.
Diakuinya dalam setiap pelatihan yang diberikan, dari seratus orang hanya sekitar dua orang saja yang kemudian benar-benar bisa. Namun itu bukan jadi persoalan buatnya. Bagi Yeni, dua orang tersebut sudah cukup untuk kemudian menularkan “ilmu” kepada temannya yang lain sehingga kecintaan terhadap lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah tumbuh lebih luas lagi.
Yeni yang mendirikan sendiri Bank Sampah My Darling pada 2012 di daerah Guntur, Jakarta Selatan memang cukup sering memberikan pelatihan dan seminar baik itu kepada pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum, maupun kepada sesama pengelola bank sampah yang ada di Jakarta dan sekitarnya.
“Saat ini ada sekitar 30 bank sampah yang saya dampingi, termasuk yang dari awal terbentuk hingga bisa berjalan sampai sekarang,” katanya.
Soal ilmu dan keterampilan, Yeni mengaku tidak ingin pelit berbagi. Tidak ada ketakutan sedikitpun darinya bila idenya ditiru orang lain. Justru itu menjadi kebanggaan buatnya.
“Saya bangga kalau ada orang yang meniru karya saya. Karena sukses sejati buat saya artinya apabila semakin banyak orang mau mendaur ulang sampah,” katanya.
Mendaur ulang sampah dan menjadikanya suatu karya yang bernilai, buat Yeni bukan semata mengenai faktor ekonomi. Dari satu hasil karya berbahan sampah, Yeni memang bisa mendapatkan rupiah mulai dari seribu hingga jutaan rupiah. Namun lebih dari itu, yang ia lakukan bersama Bank Sampah My Darling merupakan upaya untuk turut serta mengurangi sampah, menjaga kebersihan dan membudayakannya ke masyarakat.
Memberikan pelatihan daur ulang sampah ke anak-anak pun tidak lepas dari niat Yeni untuk membudayakan hidup ramah lingkungan sedini mungkin. Selain memberikan cara mengolah sampah menjadi karya, Yeni juga tidak lupa memberikan informasi terkait dampak buruk sampah terhadap lingkungan, misalnya fakta lamanya sampah plastik membaur dengan tanah. Harapan Yeni nantinya adalah anak-anak ini bisa menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari gaya hidup.
“Kalau sudah menjadi gaya hidup, mustahil bagi mereka untuk kemudian membuang sampah sembarangan,” pungkasnya.
Penulis: AT/G39