Lebih dari enam spesies Mangrove (rhizophora apiculata) di dunia terancam punah akibat pembangunan pesisir dan faktor lainnya, seperti perubahan iklim, pembalakan, dan pertanian. Hal ini diutarakan dalam laporan penelitian pada jurnal ilmiah, PLoS ONE.
Penelitian ini dilakukan oleh Global Marine Species Assessment (GMSA), sebuah inisiatif kerjasama antara lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan Conservation International.
Hasil penelitian tersebut jadi informasi dalam susunan daftar merah spesies terancam versi IUCN. Berdasarkan laporan itu sekitar 11 dari 70 jenis mangrove yang ada di dunia telah tercantum dalam daftar merah spesies terancam.
Mangrove atau bakau adalah bagian vital dari ekosistem pesisir. Hutan bakau melindungi pesisir dari kerusakan akibat gelombang ombak arus laut. Selain itu, hutan bakau juga jadi rumah bagi ikan dan spesies lainnya di pesisir, juga sebagai sumber nutrisi dan membantu sedimen untuk habitat laut perairan pantai lainnya, seperti padang lamun dan terumbu karang.
Hutan bakau pun memiliki kemampuan menakjubkan dalam menyerap karbon dari atsmosfir.
“Potensi hilangnya spesies ini adalah gejala kerusakan luas dan eksploitasi hutan mangrove,” kata Beth Polidoro, peneliti GMSA dari Old Dominion University, AS dalam rilis IUCN.
“Mangrove salah satu bentuk habitat tropis yang paling penting yang mendukung banyak spesies, dan kerugian mereka dapat berpengaruh luas pada keanekaragaman hayati laut dan darat,” tambahnya.
Hutan mangrove tumbuh di pesisir pantai daerah tropis dan subtropis, dan berfungsi sebagai pembatas antara ekosistem darat dan ekosistem laut. IUCN menghitung setidaknya hutan mangrove mampu menyediakan jasa ekosistem senilai US $ 1,6 miliar tiap tahun.
Perlindungan mendesak diperlukan untuk dua jenis mangrove yang terdaftar sebagai spesies sangat terancam punah, yaitu Sonneratia dan Bruguiera hainesii griffithii. Hal ini berdasarkan perhitungan kemungkinan kepunahan IUCN Red List.
Sonneratia griffithii ditemukan di India dan Asia Tenggara. Di wilayah ini diperkirakan 80 persen dari seluruh kawasan mangrove telah hilang selama 60 tahun terakhir. Bruguiera hainesii adalah spesies langka yang hanya tumbuh di beberapa lokasi tertentu di Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Singapura dan Papua Nugini.
Wakil Presiden Senior Program Kelautan di Conservation International, Greg Stone mengutarakan hilangnya hutan bakau akan memiliki konsekuensi merusak lingkungan juga ekonomi. “Ekosistem ini (mangrove) tidak hanya jadi komponen vital dalam upaya memerangi perubahan iklim, tetapi mereka juga melindungi beberapa orang di dunia yang paling rentan dari cuaca ekstrim dan menyediakan mereka sumber makanan serta penghasilan,” tandas Greg. (IUCN)