Penduduk dari Kota Armanaz, Suriah, berhasil menemukan cara yang terjangkau dan ramah lingkungan untuk mendapatkan bahan bakar. Mereka berhasil menciptakan bahan bakar ramah lingkungan pengganti solar yang terbuat dari limbah zaitun atau birin. Hadirnya bahan bakar berbahan dasar birin dipicu oleh terus meroketnya harga bahan bakar solar di negara tersebut.
“Bahan bakar dari birin umumnya kami gunakan untuk menghidupkan alat penghangat ruangan bermesin diesel. Biasanya mesin tersebut kami operasikan dengan menggunakan solar, namun perang telah membuat harga solar menjadi sangat tinggi,” ujar pengawas pabrik pengolah bahan bakar limbah zaitun, Abu Saeed, dalam Euronews.
Untuk membuat bahan bakar alternatif pengganti solar, mereka memanfaatkan limbah buah zaitun yang berasal dari pabrik minyak. Pabrik-pabrik minyak menghasilkan limbah zaitun dalam jumlah yang besar dan seringnya limbah tersebut tidak termanfaatkan dengan baik.
Ampas dari buah zaitun yang tidak termanfaatkan biasanya berakhir menjadi sampah dan mencemari lingkungan sekitar. Namun dengan adanya penemuan ini, selain dapat menghemat pengeluaran warga Suriah dan mengurangi polusi udara, timbunan limbah dari buah tersebut juga makin berkurang.
Menurut Abu, membuat bahan bakar alternatif dari limbah zaitun membutuhkan proses yang cukup sederhana. Limbah dari buah tersebut akan dicetak menjadi pelet silinder, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 15 hari. Setelah kering, bahan bakar limbah tersebut akan mereka distribusikan kepada penduduk setempat. Proses pembuatan bahan bakar alternatif ini tidak membutuhkan biaya yang besar dan juga ramah bagi lingkungan.
Suriah, Rumah bagi Pohon Zaitun
Bukan hal yang sulit bagi para penduduk Suriah untuk mendapatkan limbah zaitun sebagai bahan pokok pembuat bahan bakar alternatif pengganti solar. Suriah sendiri merupakan rumah bagi pohon bernama Latin Olea europaea ini dan pohon tersebut telah dibudidayakan selama ribuan tahun di negara tersebut.
Hutan zaitun sangat lebat dan berlimpah di Suriah, serta kebanyakan dari pohon zaitun yang ada di negara tersebut telah berusia lebih dari 1.000 tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, penyebaran pohon pun terus terjadi.
Sejak 6.000 tahun yang lalu, budidaya pohon zaitun telah menyebar dari Suriah ke Palestina, Iran, Yunani dan kawasan di sekitar Mediterania lainnya. Dalam beberapa ratus tahun terakhir, tumbuhan ini telah menyebar ke Amerika Utara dan Selatan, Jepang, Selandia Baru, serta Australia.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: