Perkembangan zaman menodorong industri kuliner untuk semakin kompetitif. Sayangnya, industri kuliner yang semakin menjamur menjadi momok menyeramkan bagi lingkungan. Pasalnya, tidak sedikit industri kuliner Tanah Air yang menggunakan bahan plastik atau bahkan styrofoam sebagai wadah produk makanan mereka. Kedua bahan tersebut tidak hanyak melukai lingkungan, melainkain juga dapat mencemari makanan itu sendiri.
Yernisa dan Fera Oktaria, duo alumni Universitas Jambi menawarkan solusi wadah makanan sekali pakai yang ramah lingkungan. Mereka merancang ide wadah dari pelepah pinang. Pelepah pinang kini mulai dilirik sebagai bahan baku berkelanjutan. Belakangan, bahan ini kerap digunakan sebagai alternatif pembungkus makanan dan kantong tempat makanan. Bahkan sudah ada pihak yang menguji coba limbah pelepah pinang sebagai bahan baku pembuatan mangkuk dan piring.
Para peneliti menganggap pelepah pinang cocok sebagai wadah karena mengandung selulosa. Selulosa terkenal sebagai salah satu kandungan yang digunakan dalam pembuatan bahan kemasan. Selain itu, menggunakan pelepah pinang sebagai bahan baku pembuatan wadah makanan dapat memudahkan proses degradasi.
“Wadah sekali pakai dari pelepah pinang dapat menjadi alternatif wadah ramah lingkungan karena berasal dari bahan alam yang relatif lebih mudah terdegradasi secara alami,” tulis keduanya dalam artikel berjudul “Pemanfaatan Pelepah Pohon Pinang Menjadi Wadah Sekali Pakai (Disposible Plate) Sebagai Alternatif Wadah Ramah Lingkungan.”
Baca juga: Banten Eksotik, Bantal Limbah Bulu Ayam Karya Mahasiswa Mataram
Sulap Pelepah Pinang jadi Wadah dengan Memperhatikan Kadar Air
Penelitian pembuatan wadah makanan sekali pakai ini dilakukan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jambi. Dalam risetnya, para peneliti membutuhkan bahan lain seperti terpentin (olahan getah daun pinus), pasir, dan kertas indikator berwarna putih.
Untuk mendapatkan wadah makanan dengan hasil terbaik, pelepah pinang yang digunakan harus mengandung kadar air dalam jumlah tertentu.
“Kadar air pelepah pinang bervariasi tergantung dengan lokasi dan musim saat pengambilan pelepah. Pelepah sulit dicetak menjadi bentuk yang diinginkan jika kadar air bahan baku pelepahnya rendah (kurang dari 5%) atau tinggi (lebih dari 30%),” ungkap Yernisa dan Fira.
Pelepah yang digunakan merupakan pelepah yang telah jatuh dengan sendirinya. Karena itu, tak jarang ada beberapa bagian pada pelepah yang tidak layak pakai sehingga diperlukan pemotongan untuk memisahkan antara daun dan tangkainya serta memilah bagian yang sudah rusak atau berjamur.
Setelah itu, pelepah dicuci bersih menggunakan air untuk menghilangkan pasir atau kotoran lain yang mungkin masih menempel dan dikeringkan di bawah sinar matahari.
Dalam pembuatan piring ramah lingkungan ini digunakan mesin press dengan suhu 170 derajat celcius. Hasil akhirnya akan didapatkan wadah makanan dalam bentuk piring dengan ukuran 11,5 sentimeter dan tebal 2 milimeter. Wadah makanan ramah lingkungan ini tahan terhadap minyak dalam waktu 10 menit pemakaiannya dan rata-rata tahan terhadap 6 kali lipatan.
Penulis: Krisda Tiofani
Editor: Ixora Devi