Sudah bukan rahasia lagi jika sektor peternakan telah memberikan banyak dampak buruk terhadap lingkungan. Sebuah penelitian membuktikan bahwa sektor peternakan telah menyumbang gas metana, dinitrogen oksida, karbon dioksida dan amonia yang dapat menimbulkan hujan asam. Maka dari itu, perusahaan otomotif asal Swedia, Volvo, berkomitmen untuk meninggalkan penggunaan produk hasil peternakan berupa kulit hewan pada produk mobil mereka.
Pada tahun 2030 mendatang, Volvo memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kulit hewan sebagai material pelapis interior mobil mereka. Mereka akan beralih pada penggunaan material lain berupa tekstil Nordico yang sepenuhnya terbuat dari bahan daur ulang. Tekstil Nordico sendiri terbuat dari sampah botol plastik dan gabus yang didaur ulang dari perusahaan wine.
“Menemukan produk dan bahan pengganti kulit yang dapat mendukung kesejahteraan hewan memang cukup menantang. Akan tetapi, itu bukan alasan bagi kami untuk menghindari masalah penting ini,” kata Direktur Keberlanjutan Global Volvo Cars, Stuart Templar dalam Livekindly.
Meskipun Volvo memutuskan untuk tidak lagi menggunakan kulit hewan, mereka akan tetap menggunakan campuran wol dari pemasok yang bersertifikat dan berlisensi. Mereka akan terus memantau kinerja para pemasok wol serta terus memastikan bahwa wol tersebut diproduksi secara berkelanjutan dan beretika.
“Ini merupakan perjalanan yang layak untuk kami lakukan. Kami perlu menantang diri sendiri dalam upaya mencari solusi yang progresif dan berkelanjutan,” ucapnya.
2040, Volvo Siap Menjadi Perusahaan Bebas Jejak Karbon
Meninggalkan penggunaan kulit hewan merupakan salah satu langkah awal bagi Volvo untuk mewujudkan misinya menjadi perusahaan yang bebas jejak karbon pada tahun 2040. Selain itu, perusahaan otomotif tersebut juga bertekad untuk menjalani bisnis yang sepenuhnya sirkular pada 19 tahun mendatang.
Beragam rencana telah Volvo rancang guna mewujudkan misi mereka sebagai perusahaan bebas jejak karbon. Selain tidak menggunakan kulit hewan, tahun ini Volvo pun meluncurkan mobil listrik pertama mereka, C40 Recharge. Mobil tersebut sepenuhnya beroperasi dengan menggunakan listrik dan dapat mengurangi emisi CO2 hingga 40 persen. Pada tahun 2030, Volvo berencana untuk hanya menjual dan memproduksi mobil listrik sepenuhnya.
Tak berhenti sampai di situ, Volvo pun berkomitmen untuk menggunakan bahan daur ulang dan berbasis bio pada produk-produk mereka selanjutnya. Pada tahun 2025, Volvo memutuskan untuk mengganti seperempat material dari mobil mereka dengan komponen yang lebih berkelanjutan. Mereka juga menyerukan semua pemasok langsungnya untuk menggunakan 100 persen energi terbarukan pada tahun tersebut.
Sebagai informasi, Volvo tidak sendirian dalam mewujudkan ambisi untuk menjadi perusahaan otomotif yang bebas dari jejak karbon. Beberapa perusahaan otomotif lain seperti Ford, Mercedes-Benz, Honda dan Porsche juga memiliki rencana serupa.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: