Di kota-kota besar termasuk Jakarta, kesadaran untuk buang air kecil di tempatnya memang masih minim, bahkan Paris – salah satu kota yang diklaim sudah modern, ternyata masih mengalami masalah serupa. Kebiasaan buang air kecil sembarangan tersebut ternyata mampu merugikan kota sampai berjuta-juta dolar hanya untuk membersihkan dan mengganti infrastruktur publik yang sudah “tercemar”, seperti dilansir New York Times.
Menurut perwakilan Paris, denda untuk para pelaku buang air kecil sembarangan memang sudah tinggi, yakni 75 dolar AS. Tetapi hal tersebut tidaklah sebanding dengan usaha petugas pembersih yang harus membersihkan 1.800 mil trotoar yang telah tercemar urin.
Tapi pemerintah kota Paris tidak tinggal diam. Mereka menciptakan penangkal yang disebut dengan “les pipis sauvages” berbentuk urinoir simpel yang ramah lingkungan. Strateginya, urinoir yang menyerupai pot bunga itu akan ditempatkan di jalan-jalan Paris untuk menarik para “pelaku” yang berkeliaran.
Urinoir tersebut diberi nama Uritrottoir, gabungan dari dua kata: urinoir dan trotoar. Tidak hanya sebagai tempat ekskresi urin, Uritrottoir juga dijuluki sebagai “sahabat bunga-bunga” karena mampu memproduksi kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk.
Alih-alih menggunakan air, Uritrottoir menggunakan lapisan serabut kayu sebagai tempat penyimpanan urin. Dipantau dari jauh oleh “urine attendant” menggunakan komputer, urinoir yang telah penuh akan dibawa serabut beserta urinnya keluar Paris untuk diubah menjadi kompos yang akan digunakan untuk taman-taman kota.
Laurent Lebot, desainer Uritrottoir yang juga pernah menciptakan vacuum cleaner ramah lingkungan mengatakan jika tidak hanya Paris, Nantes, Cannes, Laussane, London, dan Saarbrucken telah meminta unit urinoir tersebut. Urittrotoir model besar mampu menampung 600 kali proses ekskresi, sedangkan yang kecil untuk 300 kali.
Penulis: MFA/G41