Nasib cangkang seafood dan ampas kopi umumnya hanya berakhir di tempat sampah. Namun di tangan dingin seorang desainer asal Vietnam bernama Uyen Tran, limbah cangkang seafood dan ampas kopi dapat bertransformasi menjadi sesuatu yang bernilai jual tinggi. Ia berhasil menciptakan kulit alternatif bernama Tômtex yang sepenuhnya terbuat dari limbah-limbah tak berdaya tersebut.
“Dunia kehabisan bahan mentah, sementara produksi limbah cangkang seafood dan ampas kopi terus meningkat. Bertolak dari fenomena ini, saya tertarik untuk mengubah limbah-limbah tersebut menjadi kulit alternatif Tômtex yang berguna, bernilai, dan dapat berkontribusi dalam upaya menyelamatkan lingkungan,” ujar Uyen dalam Dezeen.
Uyen melihat bahwa cangkang kerang dan ampas kopi merupakan dua bahan yang cocok untuk ia jadikan bahan baku bagi Tômtex. Cangkang seafood kaya akan zat kitin yang dapat diolah kembali menjadi biopolimer alami. Zat tersebut dapat menghasilkan biopolimer yang kokoh namun tetap elastis.
Selain itu, Uyen juga menggunakan ampas kopi sebagai pewarna alami bagi kulit alternatif Tômtex kreasinya. Untuk mendapatkan bahan baku, ia bekerja sama dengan para pemilik kafe dan para pemasok seafood di Vietnam.
“Setelah biopolimer dan ampas kopi tercampur, bahan-bahan tersebut akan saya tuangkan ke dalam cetakan khusus dan akan saya keringkan pada suhu kamar selama dua hari. Proses pembuatan kulit alternatif Tômtex tidak membutuhkan panas, sehingga lebih menghemat energi dan minim jejak karbon,” papar Uyen.
Selain bertujuan untuk mengurangi timbulan limbah cangkang udang dan ampas kopi, penciptaan Tômtex juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan kulit hewan dalam kehidupan sehari-hari. Proses produksi kulit hewan sudah sejak lama menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan dan Uyen berusaha untuk menghentikan hal tersebut.
Kokoh, Elastis, Dapat Terurai Secara Alami
Uyen menjelaskan, produk Tômtex miliknya memiliki tingkat elastisitas yang tinggi, hampir menyerupai kulit hewan yang asli. Ia juga menyatakan, kulit alternatif ciptaannya dapat dijahit dengan mudah tanpa harus menggunakan peralatan jahit khusus.
Meskipun memiliki daya lentur yang tinggi, kulit alternatif Tômtex tetap kokoh dan tidak mudah rusak. Terlebih lagi, permukaan kulit tersebut juga bersifat anti air karena telah Uyen lapisi dengan beeswax alami.
Meskipun memiliki daya tahan dan elastisitas yang tinggi, Uyen tidak menjamin bahwa produk Tômtex dapat bertahan lama tanpa mengalami kerusakan. Ia mengakui bahwa produk ciptaannya memiliki akhir masa pakai sama seperti produk-produk lainnya di dunia. Meskipun demikian, Uyen mengklaim bahwa kulit alternatif ciptaannya dapat didaur ulang kembali atau dapat terurai secara alami jika sudah tidak kita gunakan.
“Jika suatu hari Tômtex berakhir di tempat sampah, jangan khawatir karena ia akan terurai sepenuhnya dan dapat berubah menjadi pupuk,” kata Uyen.
Sebagai informasi, saat ini pemanfaatan cangkang seafood dalam pembuatan biopolimer semakin lazim dilakukan. Beberapa waktu lalu, sekelompok mahasiswa dari Royal College of Art and Imperial College juga berhasil menciptakan Shellworks, biopolimer dari cangkang lobster, yang dapat menggantikan penggunaan plastik sekali pakai.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: