Surabaya (Greeners) – Kulit mangga selama ini dianggap sebagai sampah dan sering sekali dibuang. Di tangan Ahnaf, Hafildatur Rosyidah dan Dwi Jayanti Putri, mahasiswa semester tiga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, kulit mangga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pencegah korosi pada kaleng makanan.
Korosi menjadi permasalahan setiap industri, khususnya pada industri makanan kaleng. Korosi merupakan terbentuknya endapan cokelat yang menempel pada logam. Korosi akan berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah banyak karena mengandung senyawa logam berat yang efeknya merusak sel dan jaringan pada tubuh makhluk hidup.
Menurut Ahnaf, kulit buah mangga mengandung senyawa antioksidan yang memiliki daya inhibisi (hambatan). Ahnaf selaku ketua tim peneliti mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki produksi mangga sangat besar, sekitar satu juta ton per tahun. “Semakin banyak buah mangga maka limbah kulitnya pun melimpah. Dalam penelitian kami, sebanyak 75 gram kulit buah mangga bisa menghasilkan 280 mililiter ekstrak atau bahan pencegah korosi,” ujarnya.
Dijelaskan Ahnaf, larutan korosif dibuat dari larutan kimia natrium klorida yang berguna sebagai uji korosi pada tin plate yaitu jenis logam dari kaleng makanan. Hasil logam tin plate yang diteliti mengandung baja karbon yang terlapisi timah murni pada kedua sisinya. Timah inilah yang mampu terdegradasi dan menjadi korosi ketika bereaksi dengan zat pengawet dalam makanan kaleng tersebut.
“Zat pengawet makanan biasanya mengandung natrium klorida, oleh sebab itu kami menggunakan natrium klorida sebagai larutan uji korosi,” kata Ahnaf.
Anggota tim lainnya, Hafildatur Rosyidah, menambahkan jika timah telah terdegradasi dari logam tin plate pada kaleng, maka timah tersebut akan bercampur dengan makanan yang ada di dalam kaleng tersebut. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan jika ikut terkonsumsi.
Mulanya buah mangga dikeringkan di bawah sinar matahari selama dua hari. Kemudian diblender hingga menjadi bubuk dan diekstrak dengan menggunakan metode refluks atau metode ektraksi cara panas. Prinsip dari metode refluks yakni dengan melakukan pemanasan, penguapan, kondensasi, dan pendinginan. Setelah itu hasil ekstrak tersebut dicampur ke dalam larutan korosif.
“Dalam penelitian ini, pencampuran ekstrak pencegah korosi dari kulit mangga saat proses pembuatan kaleng makanan terbukti mampu mencegah timbulnya korosi dan degradasi timah dari tin plate. Hasil pengujian menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi sebesar 80 persen, yang artinya sebanyak 80 persen kandungan timah dalam kaleng makanan tidak akan menyebabkan korosi dan degradasi selama pengemasan,” terang Hafildatur.
Ia berharap ekstrak antikorosi dari kulit buah mangga buatan timnya bisa digunakan oleh industri makanan kaleng. “Bermanfaat bagi masyarakat adalah salah satu tujuan kami untuk melakukan penelitian ini,” pungkas Hafildatur.
Penulis: MA/G12
Editor: Sarah R. Megumi