Seorang arsitek lulusan Rhode Island School of Design, Abeer Seikaly, terinspirasi untuk menciptakan tenda yang layak huni bagi para pengungsi. Lebih dari itu, ia juga ingin menciptakan tenda serbabisa yang dapat memudahkan hidup para pengungsi Suriah. Ia mewujudkan niatnya melalui proyek Weaving a Home.
Sejak tahun 2011, Perang Sipil Suriah telah menjadi salah satu bencana kemanusiaan paling dahsyat di dunia. Menurut PBB, perang tersebut telah memaksa sebanyak kurang lebih 13,5 juta warga Suriah untuk mengungsi ke tempat yang tidak layak huni.
Dilansir dari situs Egyptian Streets, Abeer memulai proyek pembuatan tenda serbabisa ini pada tahun 2013. Melalui proyek Weaving a Home, Abeer merancang tenda dengan desain unik menyerupai gelombang. Ternyata, ada alasan khusus mengapa Abeer memilih desain tersebut untuk tendanya.
“Desain gelombang dari tenda ini dapat menjadikan tenda meluas dan menyempit dengan sendirinya, tergantung dari kondisi cuaca. Tenda akan meluas dan saluran ventilasinya menjadi lebih terbuka ketika musim panas dan musim semi. Sedangkan saat musim dingin dan musim gugur, tenda akan menyempit dan saluran ventilasinya akan tertutup,” papar Abeer dalam situs pribadinya.
“Selain itu, tenda ini juga terbuat dari material yang sangat kuat, sehingga tenda ini dapat bertahan di segala kondisi cuaca. Tenda ini dibuat dengan menggunakan material unik berupa kain yang terbuat dari plastik berkekuatan tinggi. Meski terbuat dari material yang sangat kuat, tenda ini memiliki fleksibilitas tinggi dan juga dapat dilepas pasang dengan mudah,” tambah arsitek wanita berdarah Yordania-Kanada ini.
Selain memiliki desain yang menarik dan bersifat tahan banting, tenda ini juga memiliki banyak fitur yang tidak dimiliki oleh tenda biasa.
Tenda selebar 5 meter dan setinggi 2,4 meter ini memiliki kemampuan untuk menampung air hujan yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari para pengungsi. Air hujan ditampung di bagian atas tenda, lalu air akan mengalami proses penyaringan di bagian sisi tenda.
Selain dapat menampung air hujan, tenda ini juga dapat menyerap energi matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik. Energi listrik tersebut nantinya akan disalurkan ke dalam baterai khusus yang terletak di bagian bawah tenda.
Para pengungsi tentu saja dapat memanfaatkan energi listrik tersebut untuk keperluan sehari-hari. Hal tersebut tentu saja tidak bisa didapatkan oleh para pengungsi dari tenda-tenda pada umumnya.
Meskipun tenda serbabisa ini telah memiliki beragam fitur yang canggih, Abeer mengakui bahwa tenda ini masih memiliki beberapa kekurangan.
Abeer menyatakan bahwa tenda rancangannya memiliki desain yang rumit sehingga proses produksi dari tenda tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Abeer berharap bahwa suatu hari tenda rancangannya mampu diproduksi secara masal dan cepat, sehingga banyak para pengungsi yang dapat hidup lebih layak lagi.
Penulis: ARF