Dengan karakteristiknya yang halus, licin, dan mengilap, kain satin sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan busana. Sebut saja gaun, kemeja, dan celana. Namun, dalam proses produksi, penggunaan kain satin meninggalkan sisa potongan yang tak terpakai. Sisa kain hasil produksi jarang sekali digunakan hingga menjadi limbah yang mencemari lingkungan.
Hal ini memantik Kusmiati Azizah. Pada 2016, ia terinspirasi memanfaatkan limbah kain satin untuk penelitiannya. Dalam risetnya, “Penilaian Pemanfaatan Limbah Kain Satin sebagai Bahan Baku Pembuatan Hiasan Tas Pesta,” Kusmiati membuat tas pesta dari sampah kain satin.
“Kendala tersebut (limbah kain satin) dapat disiasati dengan menggunakan limbah sebagai bahan baku pembuatan aksesori yang dapat diubah menjadi produk fesyen. Penggunaan limbah sebagai bahan baku pembuatan aksesori dengan cara daur ulang dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan,” tulis alumni Universitas Negeri Jakarta ini.
Untuk menjalankan penelitiannya, ia mendapatkan limbah kain satin dari dua buah rumah jahit yang terletak di kawasan Tangerang.
Baca juga: Anak Negeri Tawarkan Rancangan Sepatu dari Kertas Kraft
Kusmiati menerangkan, dalam proses pembuatan tas pesta diperlukan beberapa tahapan. Pertama, tahap pembuatan rumbai dengan menarik kain secara perlahan. Selanjutnya diikuti oleh tahap pembuatan motif. Kusmiati memilih menggunakan motif tato suku Asmat. Desain ini, menurutnya, dinamakan “ethnic dramatic”.
“Gaya ethnic dramatic dipilih sebagai desain motif yang terdapat pada bagian tas. Ethnic dramatic merupakan gaya yang mengandung nilai tradisional, tetapi tetap elegan dan unik. Budaya tradisional yang diambil merupakan rumbai-rumbai yang terdapat pakaian adat Papua Barat dan hiasan tubuh Suku Asmat yang berbentuk lengkungan,” tulis Kusmiati.
Ide Pengolahan Limbah untuk Bantu Perekonomian Masyarakat
Setelah menempelkan motif, Kusmiati pun melanjutkan tahap selanjutnya yakni pembuatan badan tas. Pada tahap terakhir, tas diberi pengait rantai dan kancing magnet yang disatukan dengan mesin jahit. Tas pun siap digunakan setelah rantai pegangan tas dihubungkan dengan pengait rantai.
Baca juga: Matras Yoga dari Baju Selam Bekas
Kusmiati kemudian membanderol tas berukuran 16 x 25 cm ini seharga Rp200.000 sampai Rp400.000. Menurutnya, meski menggunakan limbah kain, harga tersebut sesuai dengan proses pembuatannya yang rumit. Kusmiati juga mengingatkan konsumennya untuk menjauhkan tas pesta satin dari air.
“Penyimpanan tas pesta ini juga dianjurkan untuk disimpan secara terpisah dengan barang lainnya agar rumbai-rumbai yang ada tetap rapi,” tambahnya.
Di akhir penelitian, Kusmiati berharap ide pembuatan tas pesta limbah kain satin menjadi salah satu cara inovatif masyarakat dalam memanfaatkan limbah industri fesyen. Lebih jauh, ia menuturkan, pembuatan tas pesta dari limbah kain satin dapat menambah nilai jual sehingga membantu perekonomian masyarakat.
Penulis: Krisda Tiofani
Editor: Ixora Devi