Para peneliti di Universitas Lehigh telah menemukan solusi yang efisien untuk menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer. Temuan yang terbit dalam Science Advances ini sekaligus berpotensi untuk target net zero pada tahun 2050 nanti.
Sama halnya dengan perusahaan Climeworks, mereka juga memanfaatkan mesin direct air capture (DAC) standar. Mesin ini mampu menyedot udara sebelum melalui filter dan penyerap yang mengekstraksi CO2. Namun, dalam kasus ini para peneliti memperkenalkan tipe baru sorben hibrida yang mengandung tembaga.
Mereka menemukan, sorben tersebut memiliki kapasitas penangkap karbon hampir dua hingga tiga kali lebih besar daripada sorben lain.
Lebih Efisien dan Hemat Energi Kendalikan Karbon
Dengan menggunakan sorben hibrida ini, mereka mengklaim membuat DAC lebih hemat baik dari segi waktu dan biaya. Bahkan, para peneliti memperkirakan berpotensi menurunkan hingga US$ 500 per ton, dari US$600 per ton menjadi hanya US$ 100 per ton.
Tak hanya itu, tembaga untuk mengekstraksi CO2 ini juga tak perlu dalam keadaan panas 100 derajat Celcius. Itu artinya, langkah ini sekaligus menghemat energi. Penghematan energi sangat penting sebagaimana mengejar target net zero.
Industri harus menaikkan targetnya, dari yang hanya 0,01 megaton menjadi hampir 60 megaton per tahun pada akhir dekade ini. Ini sekaligus untuk menjaga ambang batas suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat.
Sejauh ini, kendala untuk mengejar target tersebut yaitu adanya fakta DAC membutuhkan energi dalam jumlah besar dan berdampak pada pemanasan global. Sebab, karbon dioksida relatif terdilusi di atmosfer sekitar 400 bagian per juta (ppm).
“Prospek penghapusan CO2 oleh DAC diartikulasikan hampir dua dekade lalu. Namun, kemajuannya lambat dan tak memadai,” ungkap laporan di Science Advances.
Lebih jauh, laporan itu mengungkap penangkapan CO2 berkapasitas tinggi sangat penting dalam sistem DAC guna memenuhi target IPCC pada tahun 2050.
Peran Sorben Hibrida dalam Laut
Dengan mengintegrasikan penyerap hibrida ke proses penangkapan udara langsung maka kita dapat menyimpan karbon setelah hilang dari atmosfer.
Saat ini, perusahaan seperti Climeworks harus memberi tekanan dan mencairkan CO2 agar dapat tersuntikkan ke dalam tanah hingga menjadi batuan kalsit. Tapi sorben hibrida yang kaya akan tembaga hanya perlu kita ekspos ke air laut untuk mengubah karbon menjadi natrium bikarbonat.
Namun, sejauh ini belum ada pengujian untuk melihat dampak dari pembuangan natrium bikarbonat dalam jumlah besar ke laut terhadap ekosistem di dalamnya.
Tetapi penulis utama Profesor Arup SenGupta mengklaim, natrium bikarbonat bersifat basa. Itu artinya berpotensi membantu mengurangi pengasaman laut yang merupakan efek lanjutan dari kelebihan CO2 di atmosfer.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin
Sumber: Dezeen