Tumpukan limbah makanan dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan yang serius. Jika tidak tertangani dengan segera, limbah makanan yang membusuk dapat menghasilkan gas metana dan dapat merusak lapisan ozon. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dua peneliti dari Universitas Tokyo, Sakai Yuya dan Machida Kota, berinisiatif untuk mengolah kembali limbah makanan menjadi semen ramah lingkungan.
Sakai dan Machida menciptakan semen pertama di dunia yang sepenuhnya terbuat dari limbah makanan. Untuk membuat semen tersebut, mereka memanfaatkan makanan sisa seperti potongan sayur, daun teh sisa, ampas kopi, hingga kulit jeruk. Diperlukan beberapa tahapan proses seperti pengeringan, penghancuran dan kompresi untuk “menyulap” limbah makanan menjadi semen konstruksi yang layak guna.
“Proses pembuatan semen ramah lingkungan membutuhkan percobaan hingga berbulan-bulan hingga hasilnya benar-benar sesuai. Setiap jenis limbah makanan membutuhkan suhu dan cara pengolahan yang berbeda dan ini cukup menantang kami,” papar Sakai dalam Japan Today.
Sakai menjelaskan bahwa limbah makanan yang paling ideal untuk diolah kembali menjadi semen yakni daun teh, kulit jeruk dan bawang, ampas kopi, serta sawi putih. Bahan-bahan tersebut akan menghasilkan semen yang kuat, elastis dan lebih kokoh hampir empat kali lipat dari semen beton biasa.
Meskipun berdaya tahan tinggi dan kuat, semen ramah lingkungan temuan Sakai dan Machida rentan untuk dimakan tikus dan hama lainnya. Itu karena mereka hanya menggunakan limbah makanan 100 persen untuk membuat semen tersebut, tanpa ada bahan tambahan lain. Maka dari itu, mereka juga melengkapi semen ciptaan mereka dengan pernis khusus yang dapat mencegahnya untuk dimakan oleh hama.
Semen Ramah Lingkungan yang Bisa Dimakan
Machida menyatakan bahwa semen yang ia ciptakan bersama Sakai bersifat biodegradable atau dapat terurai secara hayati. Setelah terurai, semen ini dapat berubah menjadi kompos dan dapat menyuburkan tanah di sekitarnya.
“Kami berharap bahwa semen ini dapat menggantikan plastik dan produk semen biasa yang terbukti berdampak buruk bagi lingkungan,” kata Machida.
Selain dapat terurai secara hayati, semen ramah lingkungan yang Machida dan Sakai ciptakan juga bersifat edible atau dapat dimakan. Dalam kondisi darurat, semen ini dapat berfungsi sebagai makanan cadangan.
“Semen ramah lingkungan yang kami ciptakan memiliki rasa, warna dan aroma yang unik dan berbeda-beda. Untuk mengonsumsi semen ini, kita perlu merebusnya terlebih dahulu,” papar Sakai.
Sebagai informasi, limbah makanan merupakan salah satu sumber permasalahan lingkungan terbesar di Jepang. Negeri Sakura ini menghasilkan sekitar 5,7 juta ton limbah makanan pada tahun 2019 dan pemerintah bertujuan untuk menguranginya sekitar 2,7 juta ton pada tahun 2030.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: