Jakarta (Greeners.co) – Inisiasi melahirkan inovasi dengan menangkap peluang ekonomi dari timbulan sampah di Indonesia mulai bermunculan, salah satunya Parong.pong. Mereka termotivasi menyulap sampah tak bernilai menjadi “barang baru” bernilai. Di “tangannya” sampah berubah menjadi pot bunga, ubin, kursi dan meja serta barang lainnya dari sampah puntung rokok.
Parong.pong adalah perusahaan pengelola atau pengolahan sampah yang memberikan pelatihan untuk memisahkan sampah. Parong.pong juga melakukan daur ulang dan mencegah sampah residu (sampah nondaur ulang, nonekonomis) agar tidak mencapai tempat pembuangan sampah (TPS) dan tempat pemrosesan akhir (TPA).
Founder Parong.pong Rendy Aditya mengatakan, latar belakang berdirinya Parong.pong berawal dari kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap lingkungan saat kelahiran buah hatinya.
“Harus ikut bertanggung jawab, mengembalikan apa yang telah dipinjam dan harus menyelesaikan masalah yang dimulai. Salah satunya mengenai sampah,” katanya kepada Greeners, baru-baru ini.
Saat itulah Parong.pong fokus pada waste to material menjadi pupuk organik cari dari limbah makanan (food waste). Mereka juga melakukan komposter dari plastik daur ulang dan pembuatan komponen-komponen material bangunan dari sampah residu. Mereka mengolah sampah tak laku jual dan sulit menjadi kompos.
Sampah residu adalah sampah sisa industri, pertambangan atau pertanian yang tidak berbahaya untuk alam. Sampah ini berkategori sampah sulit terdaur ulang entah karena keterbatasan teknologi, biaya, sumber daya alam, maupun sumber daya manusia.
Untuk menjalankan inisiasi dan inovasi cemerlang ini Parong.pong menjalin kolaborasi dengan Conture Concrete Lab untuk menciptakan barang baru dari sampah.
Parong.pong Resah Terhadap Sampah Puntung Rokok
Melansir berbagai sumber, Rendy resah atas tingginya timbulan sampah puntung rokok yang mengotori laut. Ada sekitar dua pertiga dari total 5,6 triliun batang rokok atau 4,5 triliun puntung rokok yang setiap tahun dan dibuang sembarangan.
“Kami mengumpulkan sampah puntung rokok dari cafe ke cafe di Kota Bandung lalu menyulapnya menjadi barang berguna,” imbuhnya.
Selanjutnya tambah Rendy, puntung rokok yang terkumpul lalu masuk ke mesin berbasis teknologi hidrotermal (hydrothermal). Dari situ terolah menjadi pulp atau bubur. Mesin hidrotermal merupakan teknologi yang dapat mengolah wujud sampah menggunakan air dan tekanan uap.
Saat pengeringan akan menjadi fiber dengan karakter homogen. Fiber inilah yang kemudian Conture Concrete Lab olah menjadi produk bernilai. Selain fiber, pengolahan menggunakan mesin hidrotermal (hydrothermal) telah menghasilkan cairan dari sisa-sisa tembakau yang dapat bermanfaat untuk pestisida alami.
Meskipun berhasil membuat barang bernilai dari sampah ini, Parong.pong masih menemui kendala. Selain belum menyadari pentingnya tanggung jawabnya terhadap sampah, penerimaan masyarakat terhadap produk sampahnya masih minim.
Parong.pong berharap, semakin banyak konsumen yang tertarik terhadap barang unik dari sampah yang mereka ciptakan. “Harapannya semakin banyak yang mendukung produk hasil olahan kami sehingga skala ekonomi (economies of scale) tercapai. Semakin banyak pula yang bisa membelinya karena harganya makin terjangkau,” ungkapnya.
Mereka punya harapan ketika minat produknya semakin meningkat, biaya pengolahan semakin murah dan semakin banyak sampah terkelola. Parong.pong memiliki visi mewujudkan desa mandiri lestari di tahun 2022.
“Semoga zero waste lifestyle menjadi standar dan normal. karena sebaik-baiknya pengolahan sampah yang terbaik adalah tidak menghasilkan sampah sama sekali,” tegas Rendy.
Gaya hidup nol sampah (zero waste lifestyle) adalah upaya yang dapat semua masyarakat tempuh untuk memberikan dampak baik bagi lingkungan.
Penulis : Ihya Afayat