Limbah plastik di lautan memang bukanlah hal yang sepele. Dilansir laman Ocean Crusaders, ada 5,25 triliun kantong plastik yang menjadi sampah di lautan. Dari angka tersebut, 269.000 ton mengapung di lautan dan sisanya menjadi mikrofiber dan mencemari laut.
Hal itulah yang membuat Kapten James E. Holm menitikkan air mata ketika terdampar di pulau kecil daerah Panama, 2008 silam. Dia bersama rekannya mengumpulkan sampah yang terdampar di pantai, kantong plastik dan berbagai macam benda lainnya.
“Masyarakat yang tinggal disana tidak memakai kantong plastik, plastik tersebut berasal dari saya – kita – dan peradaban yang ada,” ujarnya didepan pertemuan rutin American Chemical Society. Berawal dari hal itu, Holm mendirikan lembaga non-profit Clean Oceans International, bersama Swaminathan Ramesh, kimiawan organik. Mereka mengembangkan proses mengubah plastik hidrokarbon menjadi bensin solar melalui reaktor mobile yang kecil.
Mengubah plastik menjadi bensin bukanlah hal baru, namun inovasi yang dilakukan mereka berdua mampu menciptakan reaktor yang muat didalam kontainer seluas 20 kaki di belakang truk flatbed. Meskipun berukuran kecil, kemampuan konversi reaktor ini mencapai 100 hingga 10.000 pon sehari – menghasilkan 10-1.000 galon bensin solar.
“Kami harus melakukan ekspedisi laut dengan membawa reaktor ini. Sekarang reaktor tersebut masih berada didalam trailer untuk terus kami teliti, kami mencoba untuk membuat mesin ini sekecil mungkin,” ujar Holm.
“Jika kami bisa membuat semua orang di seluruh dunia memakai reaktor ini dan mengubah plastik menjadi bensin, kami menang. Kami bisa menghilangkan limbah plastik bahkan sebelum itu mencapai lautan dengan membuat kegiatan lokal untuk keperluan global,” tutupnya.
Penulis: MFA/G41