Peternakan biasanya terkenal dengan kebutuhan pakan yang tidak sedikit, kotoran ternak yang menumpuk, hingga kebutuhan lahan yang luas. Tidak menutup kemungkinan bahwa hal-hal tersebut kemudian bisa menimbulkan beberapa masalah yang dapat mencemari lingkungan.
Dalam Jurnal Hilirisasi Fakultas Peternakan Universitas Andalas (2019), dua kelompok tani yang ada di Kecamatan Tiumang, Kabupaten Dharmasrayam, Sumatera Barat, yaitu Kelompok Tani Cerdas dan Tani Brahman memulai kebiasaan ternak ramah lingkungan. Keduanya merupakan kelompok tani yang berpotensi besar dalam menyuplai sapi potong di Sumatera Barat. Berikut merupakan kebiasaan ternak berkelanjutan yang mulai diterapkan oleh dua kelompok tani tersebut:
1. Menjadikan Pelepah Daun Sawit sebagai Pakan Ternak
Langkah pertama dimulai dengan menjadikan pelepah daun sawit sebagai pakan hijau ternak alternatif. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pelepah daun sawit dicampur dengan dedak, lumpur sawit, tahu, dan garam. Namun, pakan alternatif ini masih terbatas karena rendahnya nilai biologis yang tercermin dari tingginya kandungan lignin dan rendahnya sifat kecernaan bahan organik.
2. Membuat Pupuk Kandang
Untuk membuat pakan ternak dari kotoran ternak, dibutuhkan penambahan Efective Microorganism (EM-4) yang membantu untuk mempercepat proses fermentasi bahan organik. Feses dikumpulkan dalam satu tempat dengan atap tertutup, lalu ditambahkan dengan EM-4 dan difermentasikan selama 7-14 hari. Selanjutnya bahan diayak dan dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan maupun ditaburkan ke tanaman.
3. Membuat Biogas dari Kotoran Sapi
Kotoran sapi potong dimasukkan terlebih dahulu ke lubang pengisi campuran dengan menambah air hingga didapat perbandingan 1:2 untuk bahan padat dan cair. Setelah tercampur, bahan tersebut kemudian disatukan ke dalam mesin pemotong (digester) untuk diproses selama 4-15 hari. Selanjutnya sisa limbah yang berbentuk seperti lumpur dan memiliki kandungan nitrogen tinggi diambil untuk dijadikan bahan pembuat biogas.
4. Budidaya Rumput Unggul King Grass
Untuk memperbaiki struktur tanah yang kemungkinan rusak akibat penggunaan pupuk buatan dibutuhkan perbaikan tanah. Untuk itu, kedua kelompok tani tersebut memilih menggunakan Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) sebagai pupuk hayati yang dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Tidak hanya sekadar untuk memperbaiki kualitas lingkungan, budidaya ini juga bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi para peternak dengan cara menjual rumput unggul yang telah ditanam.
Penulis: Krisda Tiofani