Matahari merupakan sumber energi terbarukan yang mampu mencukupi kebutuhan dunia. Namun sayangnya, panel surya berbahan silikon yang umum hingga kini belum bisa mengkonversi panas matahari menjadi energi listrik dengan harga terjangkau.
Panel surya berbahan silikon yang diperkenalkan Sharp Corporation 2013 silam, diklaim mampu meningkatkan efisiensi konversi menjadi 44.4% dengan menggunakan teknologi terbaru. Luasnya 0.165 sentimeter persegi tiap satu panelnya. Menurut Bernie Bulkin, mantan ketua UK Office for Renewable Energy, untuk menjadikan panel surya tersebut ke ukuran yang bisa digunakan, dibutuhkan biaya mencapai milyaran dolar AS.
BACA JUGA: Seribu Kilometer Jalan Berpanel Surya di Perancis
Tidak hanya dari segi biaya, untuk membuat panel tersebut bekerja efektif haruslah dibuat membentang luas dalam area yang luas, rangkaian panel surya yang luas tersebut membutuhkan biaya tinggi untuk merangkai modul dan susunan panelnya.
Ketika silikon belum mampu menemui ekspektasi masyarakat akan panel surya terjangkau, material perovskites bisa menjadi solusi alternatif. Dilansir GreenIdeas, panel surya berbahan perovskites mampu meningkatkan efisiensi konversi energi mencapai 50%, bahkan panel tersebut bisa dipasang berlapis diatas panel surya biasa, sehingga kedua panel tersebut mampu menangkap sinar matahari bersamaan tanpa memerlukan lahan yang luas.
BACA JUGA: Panel Surya Transparan
Perovskites merupakan material cubo-octahedral crystal berbentuk kubus dengan enam sisi oktagonal dan delapan sisi triangular. Material tersebut memiliki komposisi karbon dan hidrogen, serta molekul organik lainnya yang membentuk kisi-kisi kristal tiga dimensi yang diikat dengan besi dan halogen (seperti klorine).
Seperti dilansir Huffington Post, panel surya perovskites bisa diproduksi dengan biaya yang lebih murah. Bahkan Dr. Henry Snaith dari Universitas Oxford meramalkan pada 2012 jika penggunaan panel surya perovskites akan memotong biaya energi matahari hingga satu pertiganya.
Penulis: MFA/G41
21 Apr 2024 
