Periset BRIN Kembangkan Minyak Kelapa Jadi Bahan Bakar Pesawat

Reading time: 2 menit
Periset BRIN mengembangkan minyak kelapa jadi bahan bakar pesawat. Foto: Freepik
Periset BRIN mengembangkan minyak kelapa jadi bahan bakar pesawat. Foto: Freepik

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan riset katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs). Riset ini bertujuan untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel, atau bahan bakar pesawat hayati.

Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Kimia BRIN, Deliana Dahnum menjelaskan bahwa bio-jet fuel merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang memanfaatkan minyak nabati sebagai bahan baku.

“Indonesia memiliki potensi besar karena banyak sumber daya alam berupa minyak kelapa yang tumbuh subur di wilayah tropis,” ungkap Deliana dalam forum diskusi Media Lounge Discussion (MELODI) di Jakarta, Kamis (21/11).

BACA JUGA: Sampah untuk Bahan Bakar Pesawat

Dahnum menambahkan, dalam pengembangan bio-jet fuel ini, minyak kelapa yang digunakan terutama berasal dari kelapa yang tidak layak konsumsi. Contohnya kelapa tua, kecil, atau yang sudah berjamur. Kelapa-kelapa tersebut mereka olah menjadi bahan bakar alternatif yang berpotensi menggantikan bahan bakar fosil.

Melalui inovasi ini, Dahnum yakin Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Selain itu, inovasi ini juga memungkinkan pemanfaatan sumber daya lokal yang ramah lingkungan. Ia berharap inisiatif ini dapat mendukung tercapainya ketahanan energi yang berkelanjutan di Indonesia.

Dukung Energi Berkelanjutan

Sementara itu, untuk mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel, perlu adanya proses katalisis dengan bantuan katalis yang efisien. BRIN mengembangkan katalis berbasis Metal-Organic Frameworks (MOFs), sebuah material inovatif yang mampu mengubah minyak kelapa menjadi bio-jet fuel secara produktif dan efektif.

“Pengembangan ini telah mencapai tahap uji coba laboratorium dan menunjukkan potensi untuk kami kembangkan pada skala lebih besar. Ini termasuk pada kelapa yang tidak layak konsumsi, guna memaksimalkan keberlanjutan energi,” katanya.

BACA JUGA: Pertamina dan Airbus Kembangkan Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan

Dahnum juga berharap riset mengenai bio-jet fuel ini dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan. Hal itu dapat mempercepat transisi menuju tahap yang lebih maju. Dengan demikian, riset ini dapat berkontribusi langsung dalam memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan.

Sebagai penghargaan atas upaya dan kontribusinya, Deliana Dahnum menerima Penghargaan L’Oréal-UNESCO For Women in Science 2024, bersama empat peneliti perempuan lainnya. Penelitian ini merupakan salah satu inovasi yang memanfaatkan sumber daya lokal. Selain itu, gagasan Dahnum juga telah mendukung produksi bahan bakar ramah lingkungan yang dapat mengurangi emisi karbon.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top