Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sebuah rumah ramah lingkungan, berbahan kayu laminasi silang. Rumah ini bernama Paviliun Cross Laminated Timber (CLT) Nusantara. Selain itu, rumah ini juga menggunakan teknologi cerdas dengan memanfaatkan kayu lokal jenis akasia sebagai komponen struktural utamanya.
Pembangunan model percontohan paviliun ini bertempat di area Fakultas Teknik UGM. Salah satu anggota tim peneliti, Ali Awaludin, yang juga dosen Teknik Sipil dan Lingkungan, menjelaskan bahwa paviliun CLT Nusantara menggunakan papan-papan kayu kecil. Papan tersebut kemudian disusun secara silang dengan jumlah lapisan ganjil, lalu direkatkan menggunakan teknologi laminasi.
BACA JUGA: Mahasiswa ITB Kembangkan Ide Bisnis Pembalut dari Limbah Pelepah Pisang
“Kami menggunakan papan-papan kayu berukuran kecil yang mungkin memiliki nilai jual rendah,” ujar Ali, seperti dikutip dari Berita UGM.
Ia mencontohkan, dalam proses penyusunan, papan pertama akan dipasang lurus. Kemudian, pemasangan papan kedua menyilang, dan papan ketiga kembali mengikuti arah papan pertama. Pemilihan jumlah lapisan ganjil karena untuk menyesuaikan dengan ketebalan akhir.
“Nah, tebalnya itu menentukan kemampuan yang bisa didukung oleh papan tersebut,” tambahnya.
Gunakan Energi Bersih
Ia juga menjelaskan bahwa bangunan rumah yang mereka desain tidak memerlukan kolom sebagai penyangga utama. Struktur rumah sepenuhnya mengandalkan kekuatan dari dinding dan lantai CLT.
Untuk melindungi kayu dari paparan matahari dan hujan, tim peneliti menanam tanaman yang mereka buat merambat yang berada di sisi depan dan luar rumah. “Dahulu kami pernah mencoba menanam buah markisa, tetapi tidak berhasil. Kemudian, saat ini kami menanam oyong dan hasilnya lumayan,” terangnya.
BACA JUGA: Peneliti UGM Kembangkan Alat Deteksi Dini Penyakit TBC Pakai Teknologi AI
Selain memanfaatkan kayu, rumah ini juga memiliki sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan skema Hybrid Off-Grid yang menggunakan panel surya dan baterai gel deep cycle. Sistem ini mengubah energi matahari menjadi sumber listrik bebas emisi (zero emission).
Tak hanya itu, rumah ini juga menerapkan teknologi smart light control. Sistem ini mampu menyesuaikan intensitas pencahayaan lampu LED di dalam ruangan berdasarkan jumlah cahaya alami yang masuk.
Teknologi IoT Smart Garden juga dapat mengontrol sistem penyiraman tanaman fasad secara otomatis. Sehingga, penyiraman tanaman tidak harus rutin, karena sudah menggunakan alat sensor yang mampu menyiram secara mandiri.
Percontohan Rumah Ramah Lingkungan
Dosen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, I Wayan Mustika yang juga terlibat dalam inovasi ini menegaskan, bahwa rumah model zero emisi ini menjadi percontohan. Khususnya, sebagai rumah ramah lingkungan yang menggunakan bahan baku terbarukan dan energi terbarukan.
“Kami berharap rumah ini tetap mempertahankan sustainability. Artinya, bagaimana pun suatu saat kita perlu yang namanya target, supaya emisi selalu ditekan. Pada akhirnya, kita juga harus zero emission dan rumah ini sudah menjadi contoh. Sehingga, hal ini bisa kita gunakan sebagai pilot project dan untuk bangunan-bangunan lain,” tuturnya.
Meski ramah lingkungan, Ali mengakui model rumah ramah lingkungan ini tetap memiliki sisi kelemahan. Terutama dari sisi ketahanan kayu akibat kelembaban hingga serangan jamur. Ia bersama tim lainnya akan terus berinovasi untuk lebih mengenali tantangan ini dan menemukan solusinya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia