Seorang peneliti pascadoktoral di Department of Computer Science, Hand and Machine Lab, The University of New Mexico School of Engineering, Fiona Bell membuat buku resep karya seni 3D dari biomaterial. Ia memanfaatkan bahan-bahan ramah lingkungan, seperti limbah makanan dan sisa-sisa alami lainnya. Judul buku ini cukup unik, yaitu “Biomaterial Recipes for 3D Printing: A Cookbook of Sustainable and Extrudable Bio-Pastes.”
Di dalam buku ini, Bell menyusun berbagai resep material untuk pencetakan 3D menggunakan bahan-bahan alami seperti kulit jeruk, serbuk gergaji, daun pohon, hingga kulit telur. Buku ini tak hanya menawarkan panduan praktis, tapi juga mendorong pembaca untuk berkreasi sendiri dengan bahan-bahan yang mereka miliki, serta bereksperimen menciptakan resep baru.
Selama ini, sebagian besar pencetakan 3D masih bergantung pada plastik. Padahal, meski menjanjikan dalam dunia manufaktur, penggunaan plastik menyisakan masalah lingkungan. Lewat buku ini, Bell dan tim di Hand and Machine Lab pun ingin menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan, terutama untuk penggunaan printer 3D rumahan.
BACA JUGA: Ilmuwan Ciptakan Ubin dari Jamur, Bikin Bangunan Lebih Sejuk!
“Meskipun resep-resep tersebut menyediakan alternatif berkelanjutan untuk plastik, keseluruhan buku resep itu sendiri merupakan artefak yang hebat. Buku ini memungkinkan orang untuk terlibat dengan bahan-bahan berkelanjutan,” ujar Bell dilansir TechXplore.
Bell menyadari banyak yang menganggap penggunaan teknologi pencetakan 3D rumit dan tidak terjangkau. Karena itu, ia ingin menunjukkan bahwa proses ini bisa berlangsung dengan cara yang alami dan akses yang mudah.
Dalam proses penyusunan resep, Bell mengumpulkan berbagai bahan dari aliran limbah lokal. Di antaranya daun kapas dari kampus, serbuk gergaji dari bengkel seniman furnitur lokal, serta kulit telur dari limbah dapur Restoran Frontier. Bahan-bahan ini berfungsi sebagai filler atau bahan utama dalam pembuatan pasta cetak.
Memuat Informasi Lengkap
Buku resep karya Bell ini tidak hanya menyajikan panduan bahan, tetapi juga menjelaskan komponen penting dalam pembuatan pasta cetak 3D. Pembaca dapat memahami fungsi dari berbagai bahan, seperti:
- Zat penstabil, yakni bahan non-penyerap seperti pasir atau kulit telur yang memberikan kestabilan struktur saat pencetakan.
- Bahan penyerap, seperti tepung terigu atau gelatin, yang menjaga bahan tetap menyatu.
- Cairan, seperti air, yang membantu mencampur semua bahan menjadi pasta yang bisa dicetak.
Setelah objek dicetak, benda tersebut bisa diproses lebih lanjut agar lebih awet dan menarik. Misalnya, dibuat tahan air dengan lilin lebah atau diberi kilau menggunakan minyak sayur.
Selama proses pengembangan, tim di lab mencetak beragam objek fungsional menggunakan pasta berbahan alami ini. Hasilnya antara lain pot tanaman yang bisa terurai (kompos), rumah burung, vas bunga, dan berbagai bentuk lainnya.
BACA JUGA: Furnitur dari Daur Ulang Tali, Inovasi Menarik dari Swedia
Setiap resep dalam buku juga memuat informasi tentang waktu penguraian bahan setelah terkubur di dalam tanah, rata-rata antara 60 hingga 90 hari. Tak hanya menyoroti keberhasilan, Bell juga mendokumentasikan kegagalan, seperti bentuk cetakan yang gagal akibat kurang bahan pengikat. Ia juga menunjukkan kegagalan objek dari kulit jeruk yang tumbuh jamur karena kondisi kurang tepat.
Pada bulan Maret, Bell menerima Best Pictorial Award di konferensi ACM TEI tentang Tangible, Embedded, and Embodied Interaction di Bordeaux, Prancis. Penghargaan tersebut ia raih bersama Camila Friedman-Gerlicz dan Leah Buechley untuk buku resepnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia