Tahu bulat, tahu sumedang, dan tahu isi pedas telah menjadi jajanan favorit masyarakat Tanah Air. Jajanan kegemaran masyarakat ini berbahan dasar tahu yang merupakan produksi industri berskala rumah tangga. Sayangnya, industri rumah tangga penghasil tahu tidak memiliki proses pengolahan limbah cair.
Tak seperti limbah padat yang bisa dimanfaat sebagai pakan ternak, limbah cair tahu lazimnya dibuang dengan tidak bertanggung jawab. Peniliti dari Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung, Kemas Ridhuan, melihat kesempatan dalam absennya proses pengolahan limbah cair industri tahu.
“Cairan limbah tahu merupakan komponen berbahaya jika dibuang begitu saja ke lingkungan. Limbah ini dapat menimbulkan bau busuk, penyakit, dan mencemari air, juga pemicu gas rumah kaca. Maka, limbah tersebut perlu diolah sebagai alternatif biogas” ungkap Kemas dalam artikelnya “Pengolahan Limbah Cair Tahu Sebagai Energi Alternatif Biogas yang Ramah Lingkungan”.
Baca juga: Anak Negeri Tawarkan Rancangan Sepatu dari Kertas Kraft
Lebih lanjut, dalam artikel yang diterbitkan Jurnal Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro ini, Kemas menjelaskan, limbah cair yang dihasilkan industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Air dadih, terang Kemas, mengandung kadar protein tinggi yang dapat terurai serta dapat dimanfaatkan sebagai biogas.
Reaktor Sederhana Ubah Limbah Tahu Jadi Biogas
Dalam penelitiannya, Kemas menggunakan drum plastik berkapasitas 90 liter, air dadih, ember, termometer, dan manometer. Kemas mengawali penelitiannya dengan proses fermentasi air dadih sembari mengukur tingkat keasaman.
Selanjutnya, tulis Kemas, pada hari ke-7 biogas yang ada di dalam reaktor harus dibuang. Hal ini karena biogas tersebut telah tercampur dengan udara sehingga menjadi tidak efektif. Setelah itu, proses fermentasi dilanjutkan kembali. Pengukuran terus dilakukan sampai tidak ada lagi penambahan volume biogas.
Baca juga: Matras Yoga dari Baju Selam Bekas
Ketika volume biogas yang dihasilkan stagnan, kran reaktor ditutup lalu dihubungkan dengan saluran penampungan ke kompor gas untuk menguji biogas yang dihasilkan.
“Alat penghasil biogas ini terbuat dari bahan plastik dimana tahan terhadap korosi karena akan selalu berhubungan dengan basa dari cairan limbah tahu dalam proses fermentasi yang cukup lama,” jelas Kemas.
Dari penilitiannya, Kemas mendapati 90liter limbah cair tahu yang ia proses menghasilkan sekitar 82 liter biogas. Hasil ini ia dapatkan dari fermentasi selama 28 hari menggunakan konstruksi reaktor sederhana.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, lanjut Kemas, temperatur reaktor tidak kurang atau lebih dari yang ditentukan yaitu 27-32°C. Ia pun menambahkan limbah harus selalu diaduk agar reaksi limbah selalu terurai.
Penulis: Mega Anisa
Editor: Ixora Devi