Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini mendorong pemerintah melakukan beberapa langkah pencegahan dan penanggulangan, salah satunya adalah operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Dosen Program Studi Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Mangapul Parlindungan Tambunan menyatakan, kegunaan dan tujuan operasi TMC untuk mempercepat proses terjadinya hujan di ruang yang kita inginkan.
Ia juga mengungkapkan, arah dan besaran angin memengaruhi keberhasilan TMC. Namun, kegagalan operasi TMC dapat terjadi dengan perkiraan lebih dari 50 % dengan melihat percepatan angin. “Peluang rekayasa keberhasilannya fifty-fifty untuk mengendalikan TMC. Tinggal besarannya bergantung ruangnya,” kata Mangapul dalam keterangannya.
Pakar geografi fisik dan lingkungan ini juga mengungkap cara kerja operasi TMC terjadi dengan adanya proses kimia. Setelah penaburan garam dengan menggunakan pesawat yang membawa garam ke udara dan menyemainya di wilayah yang sudah kita tentukan, hal tersebut mampu mempercepat pergerakan terjadinya hujan.
“Sementara itu operasi TMC dengan melihat kondisi awan. Sebelum terjadinya hujan agar dapat kita alihkan ke ruang yang kita inginkan, seperti di laut dengan melihat perhitungan intensitas hujan yang akan terjadi di ruang tertentu,” ujarnya.
TMC Bukan Hal Baru
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam keterangannya menyebut, teknologi modifikasi cuaca bukan hal baru bagi Indonesia. Sejak tahun 1977, proyek hujan buatan telah ada. Ide itu muncul, saat Presiden Soeharto melihat pertanian di negara Thailand cukup maju. Majunya pertanian Thailand karena supply kebutuhan air pertanian dengan modifikasi cuaca.
Selain Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, BRIN, dan TNI Angkatan Udara, para ilmuwan dan akademisi perlu ikut serta terlibat. Mangapul menyebut, keterlibatan dan kolaborasi berbagai pihak, seperti institusi pemerintah bisa bermanfaat secara luas untuk masyarakat.
“Contoh data instansional, yaitu jika di setiap kecamatan atau kelurahan memiliki alat ukur angin dan hujan, baik konvensional dan modern, seperti penggunaan radar, mempermudah BMKG mendapatkan data terkait cuaca,” ungkapnya.
Menurutnya, dampak negatif dari operasi teknologi modifikasi cuaca saat ini belum ada. “Karena sebelumnya operasi TMC telah diuji di beberapa negara hingga saat ini di Indonesia.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin