New York resmi menjadi negara bagian AS yang mengizinkan ‘pengomposan jasad manusia’. Langkah ini sebagai alternatif lebih ramah lingkungan karena mengurangi emisi gas rumah kaca pada kremasi tradisional.
Pemakaman, kremasi, pembalseman, dan penguburan peti mati adalah cara paling umum untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang kita cintai. Tapi proses pengomposan tubuh (terramasi) atau ‘reduksi organik alami’ memiliki daya tarik tersendiri.
Politisi California Cristina Garcia, yang mensponsori undang-undang baru tersebut menyatakan, proses terramasi jauh lebih ramah lingkungan daripada metode tradisional. Ini seiring ancaman perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut terhadap lingkungan.
“Ini adalah metode alternatif pembuangan akhir yang tidak akan menyumbang emisi ke atmosfer kita,” katanya.
Apa itu Pengomposan Tubuh?
Terramasi menggunakan reduksi organik untuk mengubah tubuh menjadi tanah. Dekomposisi unik ini diperkenalkan oleh penyedia layanan pemakaman AS, Return Home.
Mereka meletakkan jasad manusia pada bejana kedap udara lalu mencampurnya dengan alfaalfa dan serbuk gergaji. Bahan organik ini cepat menumpuk dan menahan panas secara alami serta menghindari pengeluaran bahan bakar fosil yang mahal dari krematorium konvensional.
“Kremasi membutuhkan 30 galon (135 liter) bahan bakar dan memompa sekitar 540 pon (245 kilogram) CO2 ke atmosfer. Jadi kami merancang sistem yang berjalan sekitar 90 persen lebih bersih dari itu,” kata CEO dari Return Home, Micah Truman.
“Kami menggunakan bahan dasar organik tempat jenazah, dan kami cukup menutup tutupnya. Panas membuat aktivitas mikroba tetap aktif dan tubuh kita berubah total,” ungkapnya.
Apakah Kremasi Buruk bagi Lingkungan?
Metode kremasi konvensional membutuhkan bahan bakar untuk memanaskan jasad manusia hingga suhu lebih dari 650 derajat Celcius.
Sebagai gambaran, 1,8 juta orang Amerika dikremasi pada tahun 2020. Setiap upacara tersebut melepaskan jumlah gas rumah kaca yang sama dengan dua tangki bahan bakar dari rata-rata mobil keluarga.
Akibatnya, emisi CO2 tahunan dari pemakaman ini melebihi 360.000 metrik ton di AS saja.
Terramation menawarkan solusi alami untuk persoalan iklim ini. Mengembalikan orang yang kita cintai ke bumi dengan cara yang sensitif dan berkelanjutan.
Putra Cindy Armstrong yang berusia 36 tahun meninggal karena kanker dan meminta agar jenazahnya untuk kompos.
“Sekarang setelah saya melalui prosesnya, saya mendukungnya,” katanya.
Dia tidak terlalu suka memikirkan kremasi. Jadi sekitar setahun sebelum dia lulus, dia benar-benar menelitinya. Dia hanya ingin memberi kembali ke alam.
Jasad Manusia Kembali ke Bumi
Jika metode kremasi konvensional menghasilkan abu, terramasi menghasilkan tanah. Ini adalah kenang-kenangan untuk menyuburkan kebun, peternakan, atau hutan terdekat.
Sampai California dan New York mengikutinya, praktik itu legal di hanya empat negara bagian AS lainnya, Colorado, Oregon, Vermont, dan Washington.
“Kami mendengar bahwa ada sekitar empat atau lima negara bagian tambahan yang saat ini mengalami pengurangan organik alami dalam pembukuan mereka,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Direktur Pemakaman Negara Bagian Washington, Rob Goff.
Selama bertahun-tahun, kremasi atau penguburan adalah satu-satunya pilihan. Ia menyebut sangat beruntung akhirnya mengesahkan undang-undang legislatif yang memungkinkan pengomposan manusia terjadi.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin
Sumber: EuroNews