Ketika stok ikan menipis, seorang nelayan asal Newfoundland, Canada, Bren Smith tergerak untuk memulihkan ekosistem lautan di seluruh dunia dengan menciptakan model pertanian bawah laut pertama di dunia yang berkelanjutan.
Dilansir dari Card Rates, Smith mengatakan bahwa gagasan di balik model pertanian bawah laut 3D ini berasal dari rasa ingin tahunya terhadap hal apa saja yang bisa ia tumbuhkan di laut yang tidak akan hilang, tidak harus memberi makan dan tidak benar-benar menggunakan sistem yang rumit.
Melalui serangkaian percobaan yang dilakukan di lepas pantai Connecticut, Smith berhasil menemukan model pertanian bawah laut yang berkelanjutan, tidak membutuhkan input, air segar, pupuk, pakan, lahan dan benar-benar tidak memberikan dampak buruk ke lingkungan.
Cara kerjanya cukup sederhana, seluruh model pertanian ini didukung oleh pelampung dan sistem perancah bawah air yang terbuat dari tali dan ditahan di tempat oleh jangkar tahan badai. Tali horizontal ditangguhkan sekitar enam hingga delapan kaki di bawah permukaan yang nantinya akan digunakan sebagai tempat rumput laut dan berbagai jenis kerang tumbuh secara vertikal ke bawah.
Model pertanian bawah laut yang terintegrasi ini mengubah praktik akuakultur dari monokultur yang rentan menjadi aktif dalam menciptakan ekosistem yang hidup dan hasil pangan yang melimpah. Dari pertanian ini, para petani laut dapat menghasilkan makanan, pupuk, pakan ternak, obat-obatan, kosmetik, biofuel dan banyak lagi. Selain itu kelebihan model pertanian ini dapat menyaring polutan berbahaya dari air, menyerap CO2, merawat keanekaragaman hayati.
Pemulihan Ekosistem Laut
Melalui Greenwave, organisasi nirlaba yang Smith dirikan sejak 2014, ia memiliki tujuan untuk memulihkan ekosistem laut dan menciptakan lapangan kerja di masyarakat pesisir dengan mengubah nelayan menjadi petani laut yang restoratif.
Selama beberapa tahun terakhir, Bren Smith dan tim GreenWave telah sibuk melatih petani laut baru, mengembangkan pasar untuk rumput laut, dan mencari tahu bagaimana terhubung dengan pertanian berbasis lahan. GreenWave juga telah menerima permintaan untuk memulai pertanian laut restoratif di setiap wilayah pesisir di Amerika Utara dan 20 negara di seluruh dunia.
“Ini seperti zona karbon biru tempat kami menghembuskan kehidupan kembali ke ekosistem, kami menciptakan lapangan kerja biru-hijau, dan membantu memberi makan orang. Masa depan yang saya pikir adalah model kepercayaan laut. ” ujar Smith sebagaimana dikutip dari Food Tank.
Pupuk Berbasis Rumput Laut
Selain mengembangkan pertanian bawah laut, GreenWave bekerjasama dengan The Hope Program juga membangun pabrik pupuk berbasis rumput laut di Bronx Selatan untuk digunakan di taman Kota New York. Dengan menggunakan rumput laut sebagai pupuk berpotensi menghilangkan kebutuhan pupuk sintetis di darat yang membutuhkan bahan bakar fosil untuk diproduksi.
Menurut Smith, GreenWave tak hanya bertujuan untuk memulihkan ekosistem lautan di seluruh dunia akan tetapi dia juga menciptakan lapangan kerja dan memperluas pasar rumput laut. Smith berharap pertanian laut akan meningkatkan produksi pangan global sebesar 10%.
Berkat Inovasinya, pada 2015, Smith telah memenangkan Buckminster Fuller Challenge dari The Buckminster Fuller Institute (BFI). GreenWave telah mencontohkan seruan inspirasional Fuller yang indah bagi individu dan kelompok untuk mengambil inisiatif, mengidentifikasi masalah kritis, dan menanganinya secara mandiri, kreatif, bertanggung jawab, dan komprehensif.
Selain itu, GreenWave juga telah memenangkan sejumlah penghargaan lainnya diantaranya, “25 Best Inventions of 2017” dari TIME Magazine, 2017 Sustania Award, International INDEX Award (2017). Bren Smith, selaku executive director dan co-founder Greenwave termasuk kedalam “25 People Shaping the Future” menurut Rolling Stone.
Penulis: Diki Suherlan