Setelah menciptakan sepatu dari beberapa bahan daur ulang seperti ampas kopi bekas, jamur, jagung, hingga kacang-kacangan. Merek sepatu asal Jerman Nat-2 kali ini mengembangkan sepatu kets dari bungkus gelembung atau bubble wrap daur ulang. Sepatu kets bubble wrap ini merupakan bagian koleksi Reduce, Reuse, Recycle dari Nat-2 yang memiliki visi untuk mengatasi masalah sampah plastik.
Untuk mendapatkan dan membuat bahan utama pembuatan sepatu, Nat-2 bekerja sama dengan Rameant sebuah startup penghasil tekstil dari plastik daur ulang. Rameant memanfaatkan plastik yang sudah berada di tempat pembuangan sampah dan lautan, salah satunya bubble wrap. Mereka menyulap bubble wrap menjadi kulit 100 % vegan dengan beberapa variasi warna, corak, dan tekstur yang unik.
“Dengan menciptakan produk dan hal inovatif seperti itu, kami juga mencapai estetika dan sentuhan baru yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam mode, alas kaki, dan aksesori.” Jelas Nat-2 melansir dari website Inhabitat.
Sepatu kets bubble wrap memiliki corak dari bubble wrap asli sehingga membuat badan sepatu tahan terhadap air. Lapisannya terbuat dari benang bioceramic dari serat keramik dan benang perak asli. Kedua bahan tersebut memberikan efek anti-bakteri dan pengatur suhu sehingga menghasilkan tampilan bersih dan nyaman. Selain itu, sepatu ini juga memiliki outsole daur ulang dan insole gabus daur ulang yang dapat dilepas pasang.
Miliki Kemasan Berkelanjutan
Sepatu kets karya Nat-2 dapat digunakan baik pada perempuan dan laki-laki karena memiliki desain yang unisex. Mereka juga mempertimbangkan desain yang universal agar dapat konsumen gunakan dalam berbagai acara, sehingga mempunyai masa pakai yang lama.
Pada proses produksi, Nat-2 juga menghindari proses produksi massal dan lebih memilih produksi rumahan di Italia. Selain bahan dasar sepatu, mereka juga membuat kemasan berdampak rendah bagi lingkungan. Seperti kotak sepatu dan brosur dari kertas daur ulang. Bahkan mereka memperhatikan tag dalam sepatu yang terbuat dari kayu hutan yang memiliki sertifikasi hutan lestari.
“Kami menggunakan banyak bahan dan teknik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Tidak hanya aspek ekologi tetapi juga kami anggap sebagai ‘desain yang baik’,” paparnya.
Penulis: Zahra Shafira
Sumber: