Alat makan umumnya dibuat dari bahan seperti baja tahan karat (stainless steel), kaca, atau plastik. Penggunaan bahan plastik, misalnya, dinilai lebih murah, mudah untuk didapat, dan ringan. Namun, di balik itu semua, pemakaian bahan plastik untuk alat makan memiliki kekurangan. Selain karena tidak dapat menahan panas dengan baik, plastik juga sulit untuk dibersihkan jika terdapat lemak, dan tidak ramah lingkungan karena mengandung bahan kimia berbahaya bagi manusia.
Sebuah riset pada 2015 membuat inovasi alat makan berbahan dasar limbah pelepah kelapa. Penelitian tersebut dilakukan oleh tiga mahasiswa asal Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, Jawa Timur. Ketiganya adalah Gilang Putra Gemilang, M. Junaidi Hidayat, Choirul Anam. Mereka termotivasi membuat alat tersebut karena didasari oleh kurangnya perhatian dan pemanfaatan terhadap limbah pelepah kelapa.
Baca juga: Inovasi Lemari Pengering Pakaian
Meski dikenal dengan banyak manfaat, bagian pelepah kelapa tidak begitu sering digunakan dibandingkan dengan bagian pohon kelapa lainnya. Pelepah merupakan bagian pohon kelapa yang terdapat di antara daun kelapa. Biasanya, pelepah kelapa yang termasuk limbah adalah yang berwarna kecokelatan dan sudah tumbang. Saat tumbang, tidak banyak yang bisa dilakukan masyarakat selain membuang atau membakarnya hingga akhirnya bisa menimbulkan masalah lingkungan.
Dalam penelitiannya, ketiga mahasiswa tersebut mendapatkan limbah pelepah kelapa dari petani. Bahan yang akan digunakan harus dipisahkan terlebih dahulu sesuai dengan ukurannya yang panjang dan pendek. Kategori ini sengaja dibuat untuk mengetahui karakteristik yang dimiliki oleh pelepah.
Proses pembuatan alat makan ini dilanjutkan dengan pengeringan pelepah kelapa menggunakan cahaya matahari. Selama dua hari atau menggunakan heat gun, bahan itu dipanaskan selama 15 menit pada suhu 600 derajat celcius. Untuk mendapatkan desain yang diinginkan, pelepah dibentuk memakai gergaji atau alat potong lain sesuai ukuran yang telah ditetapkan.
Karena memiliki tekstur yang kasar, alat makan dari limbah pelepah kelapa ini membutuhkan proses penghalusan tekstur dengan cara diamplas. Selain untuk memperbaiki teksturnya, hal tersebut juga akan membuat pelepah menjadi bersih sehingga bisa mempermudah proses pewarnaan.
Baca juga: Dari Limbah Wadah Telur Menjadi Furnitur
Setelah itu, limbah pelepah digabung satu dengan lainnya untuk menyesuaikan kebutuhan ukuran. Untuk menggabungkannya dibutuhkan kayu atau bambu sebagai alat pengikat. Pelepah tersebut dipoles menggunakan langsol atau batu poles kemudian dilaminasi dan dibentuk menjadi datar dan ditekan untuk menyempurnakan fungsi dan keindahannya.
Berikutnya alat makan dari limbah pelepah kelapa ini dicampur dengan material lain, yaitu stainless steel pada bagian ujung sendok atau garpu. Proses pewarnaan alat makan ini juga menggunakan pewarna alami seperti daun pandan untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning, dan secang untuk merah muda. Untuk mempertahankan bentuk naturalnya, inovasi alat makan ini menggunakan konsep natural expose, yaitu memanfaatkan tekstur alami dan bentuk dasar pelepah kelapa guna menonjolkan motif alami yang etnik sehingga bentuknya tidak beraturan.
Penulis: Krisda Tiofani