Mendengar kata sampah mungkin pikiran akan tertuju pada barang yang sudah tidak berguna, tidak berharga, atau tidak layak. Namun, tidak dengan Hafiz Waliyuddin dan Sabda Tegar Aditya, pendiri aplikasi Angkuts. Mereka membuat sebuah aplikasi penyedia jasa pengangkut sampah berbasis daring agar setiap orang melihat limbah sebagai barang berharga.
“Kita tentunya mau masyarakat untuk tertarik memilah sampah mereka sendiri. Kita mau masyarakat melihat sampah itu punya komuniti atau punya nilai. Sampah tidak lagi masuk ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir), tapi langsung dikelola untuk didaur ulang,” ujar Hafiz kepada Greeners.
Dirilis pada 2 Mei 2016, Angkuts telah diresmikan oleh Wali Kota Pontianak Sutarmidji yang saat ini menjadi Gubernur Kalimantan Barat. Memasuki tahun ketiga, mereka sedang mempersiapkan ekspansi ke Kota Singkawang. Versi kedua aplikasi Angkuts juga direncanakan akan terbit di akhir tahun ini.
Selama ini, masyarakat tidak memilah sampah, akibatnya sampah menumpuk, tercampur, dan menjadi tidak bernilai. Sementara sampah yang dibuang langsung menumpuk di TPA.
Angkuts berusaha menjawab solusi dari permasalahan tersebut. Mereka berkolaborasi dengan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse Reduce Recycle (TPS 3R) milik Pemerintah Kota Pontianak dan komunitas pengolah kompos. Kemitraan ini dimulai pada awal 2019 dan Angkuts telah bekerja sama dengan 13 Bank Sampah maupun TPS 3R.
Tidak langsung dibuang ke TPA, Angkuts juga berkolaborasi dengan pengusaha dan pengolah kompos. Limbah organik yang didapat langsung didistribusikan ke pengolah untuk dibuat menjadi produk kompos.
Sampah yang diambil berasal dari tiga sumber, yakni rumah, kantor, dan restoran. Setelah diangkut secara rutin, sampah dipilah, dan disediakan fasilitas pemilahan. Sampah yang telah dipilah diberikan secara gratis ke pengolah sampah seperti rumah kompos. Hal ini tentu dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPS.
Aplikasi ini juga menyediakan portal penjualan barang dan materi hasil dari pengolahan sampah. Mereka juga menyediakan fitur permainan sehingga pengguna bisa mendapatkan penghargaan dari Angkuts.
Dengan menggunakan kendaraan roda tiga, mitra angkuts dapat mengambil sampah-sampah yang berada di perumahan atau perkantoran. Jika mitra tidak memiliki kendaraan tersebut, Angkuts akan mencarikan penyewaan kendaraan.
Selain itu Angkuts juga memiliki komunitas bernama Angkuts Junior. Isinya mahasiswa-mahasiswa yang fokus pada kegiatan sosial. “Mereka fokus untuk edukasi, sosialisasi, kegiatan peduli lingkungan,” kata Hafiz.
Dalam lima tahun ke depan, Angkuts memiliki visi untuk menjadikan masyarakat tertarik memilah sampah mereka sendiri. Saat ini sudah lebih dari 1.800 pengangkutan selama sebulan. Lebih dari 20 pelanggan di sektor bisnis juga telah berlangganan setiap bulannya. Saat ini, Angkuts sudah mendistribusikan satu ton sampah atau setara dengan 0,25 persen sampah yang dihasilkan kota Pontianak per harinya.
Penulis: Mega Anisa