Selama ini jamur seringkali dimanfaatkan oleh banyak orang sebagai bahan baku berbagai jenis makanan dan bahan yang digunakan untuk membuat tempe. Terinspirasi dari proses pembuatan tempe dengan bantuan jamur, sebuah perusahaan startup lokal asal Bandung, Mycotech berhasil menciptakan sebuah material serbaguna berbasis jamur yang ramah lingkungan.
“Kita terinspirasi dari jamur tempe sebenarnya, kita pengen bikin material yang lebih ramah lingkungan.” ujar Ronaldiaz Hartantyo, co-founder Mycotech saat ditemui Greeners beberapa hari lalu di Jakarta Pusat.
Mycotech adalah perusahaan yang membuat material berbasis limbah pertanian yang diikat oleh miselium yang merupakan bagian akar dari jamur yang menyerupai sekumpulan benang atau untaian. Mycotech menggunakan jamur basidiomycetes, jamur yang memiliki tubuh buah dan jenisnya bermacam-macam. Adapun tujuan utama dari Mycotech yaitu growing sustainable material for better world.
“Material itu kan datangnya dari sumber-sumber yang tidak sustainable melalui proses ekstraksi, mining atau bahkan untuk leather melibatkan proses animal cruelty, dan post harvest leather-nya menggunakan bahan beracun. Nah jadi kita itu ingin merubah mindset bahwa ternyata material itu bisa digantikan dengan material yang lebih sustainable. Jadi dari extraction, mining kita bisa ganti jadi growing in harvest thing, yang tadinya linear kita bikin menjadi sirkular prosesnya.”tambah Ronaldiaz.
Mycotech dan Produknya
Mycotech (PT Miko Bahtera Nusantara) secara resmi didirikan sejak 2015 tapi masih dalam bentuk prototype, dipatenkan pada 2016 dan baru mulai produksi secara masal pada tahun ini. Karena mengusung model bisnis B2B, Mycotech tidak menjual produknya ke konsumen secara langsung namun lebih fokus menciptakan inovasi material. Saat ini Mycotech sudah memiliki 3 produk, yaitu Mycelium blocks, Mylea dan Biobo.
Mycelium blocks adalah material berbentuk seperti beton yang bisa digunakan dalam membentuk cetakan apa saja. Salah satu contoh penggunaannya yaitu pada MycoTree. MycoTree merupakan sebuah struktur percabangan spasial yang terbuat dari komponen miselium yang tahan beban. Geometrinya dirancang menggunakan grafik statika 3D, menahan material yang lemah di dalam kompresi. Simpul kompleksnya dibangun dalam cetakan yang dibuat secara digital.
Yang kedua yaitu Mylea, merupakan kepanjangan dari Mycelium leather, material berbasis jamur yang menyerupai kulit hewan. Mylea bisa digunakan untuk menggantikan bahan kulit konvensional.
Melalui Mylea, Mycotech telah bekerja sama dengan brand lokal yang bernama Pala Nusantara untuk membuat jam tangan kulit berbasis jamur. Produk ini telah memenangkan penghargaan Good Indonesian Design Award dan INACRAFT 2019.
Yang ketiga yaitu Biobo, papan berbasis jamur berukuran 30 x 30 cm yang bisa ditempel tanpa menggunakan lem, namun menggunakan Mycelium sebagai perekatnya. Selain itu, Biobo juga bisa digunakan sebagai hiasan dinding atau keramik dinding yang lebih ramah lingkungan.
Kerjasama dengan Petani Jamur Lokal
Mycotech mempunyai kantor administrasi dan produksi yang berlokasi di Bandung, sedangkan kantor inkorporasinya berlokasi di Singapura. Staf Mycotech saat ini berjumlah 25 orang dan telah bekerjasama dengan hampir lebih dari 300 petani jamur lokal. Selain itu, Mycotech juga mengadakan beberapa workshop tentang kualitas dan standar kebersihan jamur untuk meningkatkan produktivitas para petani.
“Saat ini kita ada 3 fokus, yang pertama standarisasi production quality, optimasi production process supaya lebih efisien lagi dan terakhir sertifikasi agar produk kita tidak hanya sustainable, tetapi juga durable dan affordable.“ tegas Ronaldiaz.
Ronaldiaz juga mengatakan bahwa sebenarnya material alternatif yang sustainable lebih terjangkau dan tidak merusak lingkungan. Melalui Mycotech, perusahaannya tak hanya sekedar menjalankan bisnis namun sekaligus menyelamatkan dunia.
“Sustainibility itu bukan hanya tren. Masalahnya kalau kita tidak melakukan ini secepatnya, bumi gak bakal mampu lagi menerima kita dan kita nanti juga harus dipaksa menghadapi climate change dan kelaparan.”pungkasnya.
Namun sayangnya, di Indonesia perusahaan ini hanya fokus untuk melakukan optimasi produksi karena pasar Indonesia belum banyak yang sadar untuk beralih menggunakan sustainable material atau semacamnya. Mycotech memasarkan produknya ke Eropa seperti Austria, Jerman, Perancis dan pada bulan Oktober rencananya akan dipasarkan ke Jepang. Selain itu, Mycotech saat ini sedang melakukan kerjasama dengan salah satu kampus di Singapura untuk membuat sebuah projek.
Penulis: Diki Suherlan